Asal-usul Hiu Hantu yang Misterius Kini Terkuak

By , Kamis, 5 Januari 2017 | 18:00 WIB

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan kesulitan menempatkan hiu hantu atau dikenal juga sebagai chimaera dalam pohon evolusi kehidupan karena penampilannya yang membingungkan.

Chimaera termasuk dalam keluarga ikan laut dalam yang tubuhnya tidak ditopang oleh tulang keras, melainkan oleh tulang rawan. Hewan ini memiliki ciri mata yang besar, sirip seperti sayap burung, dan gigi pipih untuk menggilas makanan.

Para ilmuwan memperkirakan ada hampir 50 spesies hiu hantu yang hidup di lautan seluruh dunia. Sayangnya, hewan ini jarang terlihat karena kecenderungannya untuk hidup di laut dalam.

Meski sering disebut sebagai hiu hantu karena penampilan yang hampir serupa, chimaera bukanlah hiu. Hewan ini telah mengalami penyimpangan evolusi dari leluhur yang sama dari hiu jutaan tahun lalu.

“Chimaera dekat dengan hiu dan pari, tetapi selalu ada ketidakpastian ketika kita menilik lebih dalam pada saat titik percabangan evolusi mereka,” kata pemimpin studi, Michael Coates dari University of Chicago.

Teka-teki tentang hewan misterius tersebut tak kunjung terungkap karena penelitian terhadap chimaera sulit dilakukan. Penyebabnya, fosil chimaera sangat langka karena kerangka yang terdiri dari tulang rawan sulit berubah menjadi fosil.

Kini, berkat fosil tengkorak berusia 280 juta tahun milik spesies Dwykaselachus oosthuizeni yang ditemukan di Afrika Selatan, para ilmuwan berhasil menyingkap asal-usul chimaera. Fosil tengkorak tersebut merupakan satu dari sedikit fosil Dwykaselachus yang utuh selama fosilisasi.

Rekonstruksi Dwykaselachus oosthuizeni, ikan purba yang merupakan chimaera awal. (Kristen Tietjen)

“Ketika pertama kali melihatnya, saya terpesona. Spesimen ini sangat luar biasa,” kata Coates.

Hasil CT Scan terhadap fosil D. oosthuizeni akhirnya mengungkap petunjuk tentang evolusi awal ikan mirip hiu dan juga vertebrata berahang secara keseluruhan.

Dari luar, tengkorak D. oosthuizeni tampak seperti hiu Symmoriidae, kelompok hiu aneh yang hidup lebih dari 300 juta tahun silam. Hiu ini dikenal karena sirip punggungnya yang aneh, terkadang bercabang atau meyerupai papan setrika surealis.

Namun, analisis tempurung otak pada fosil justru menunjukkan  beberapa karakteristik D. oosthuizeni yang merujuk pada chimaera modern. Fakta ini meyakinkan para ilmuwan bahwa makhluk purba tersebut bukanlah hiu, melainkan leluhur paling awal dari chimaera.

 Selain rongga mata yang sangat besar, peneliti juga mendokumentasikan karakteristik chimaera lain pada fosil ini, termasuk struktur saraf kranial besar, lubang hidung dan telinga dalam.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa D. oosthuizeni menyimpang dari hiu Symmoriidae dan kemudian berevolusi menjadi hiu hantu yang ada pada saat ini.

Peneliti menduga bahwa rongga mata D. oosthuizeni  yang begitu besar merupakan bentuk adaptasi pada lingkungan perairan laut dalam yang minim cahaya. Adaptasi ini memungkinkan mereka berburu mangsa dalam kondisi gelap. Ini juga berarti bahwa hiu Symmoriidae beradaptasi terhadap kondisi minim cahaya lebih awal daripada yang diduga sebelumnya.