Lebih dari Setengah Primata di Bumi Terancam Punah

By , Kamis, 19 Januari 2017 | 19:00 WIB

Sekitar 60 persen dari 504 spesies primata, kerabat biologis yang paling dekat dengan manusia, terancam punah. Demikian menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances. Studi tersebut juga menyatakan bahwa tiga perempat dari primata di dunia mengalami penurunan populasi.

"Aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan sekarang menjadi kekuatan utama yang mendorong spesies primata punah," tulis peneliti dalam laporan itu.

Proyeksi pertumbuhan populasi manusia di seluruh dunia dari 7,3 miliar menjadi 9,3 miliar pada 2050, akan menyebabkan tekanan dramatis pada simpanse, owa dan kukang, yang berjuang untuk bertahan hidup.

Ancaman terbesar adalah perusakan habitat alami mereka, seperti hutan hujan Amazon, Kalimantan, Sumatra dan hutan lainnya, untuk pertanian dan peternakan. Ekspansi lahan pertanian mengancam 76 persen dari spesies primata, menurut para peneliti. Selain itu, 60 persen di antara spesies juga terancam oleh pemburu dan perangkap manusia.

"Mengingat sejumlah besar spesies saat ini terancam dan mengalami penurunan populasi, dunia akan segera menghadapi peristiwa kepunahan besar jika tindakan yang efektif tidak segera dilaksanakan," tulis tim yang terdiri dari 31 ilmuwan tersebut.

Primata terutama mendiami kawasan hutan dan secara alami ada di 90 negara. Namun dua pertiga dari semua spesies primata terkonsentrasi di Brasil, Indonesia, Republik Demokratik Kongo dan Madagaskar.

Peta persebaran primata di dunia, dan presentase spesies terancam serta penurunan populasinya. (Tim studi/Science Advances)

Peta di atas menunjukkan daerah mana yang populasi primatanya 'paling terancam’. Daerah paling suram ialah Madagaskar. Peneliti menyimpulkan bahwa 87 persen dari spesies primata di sana terancam punah. Di Asia, 73 persen terancam, dan di daratan Afrika, 37 persen terancam.

Hilangnya spesies dapat menyebabkan dampak buruk pada bagian ekosistem lain. Perburuan siamang yang terjadi di Thailand, misalnya, telah menimbulkan "efek negatif" pada jenis pohon yang bergantung pada siamang untuk menyebarkan biji-bijinya.

Studi ini menyusul penilaian suram satwa liar yang memperingatkan potensi bencana bagi banyak primata di masa depan, termasuk kera besar yang telah paling banyak berevolusi. Empat dari tujuh spesies kera besar, seperti gorila dan orangutan, telah masuk dalam daftar spesies IUCN dengan status konservasi “Kritis”.

Untuk melindungi primata dari kepunahan, diperlukan upaya untuk menerapkan perubahan besar terhadap perilaku manusia. Menurunkan tingkat kelahiran, memerangi kemiskinan dan ketimpangan sosial, serta meningkatkan kesehatan masyarakat akan meringankan tekanan yang mendorong primata pada kepunahan.

Meningkatkan ukuran suaka hewan dan kawasan lindung juga harus menjadi tujuan di seluruh dunia. Namun studi justru menemukan bahwa negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika telah mengurangi perlindungan satwa liar.

Dalam laporan itu, para peneliti mengatakan bahwa tujuan studi ini bukan untuk menghasilkan daftar ancaman, melainkan untuk menarik perhatian publik pada beberapa faktor antropogenik global dan regional yang membahayakan primata di seluruh dunia.

“Selain itu juga untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan menciptakan solusi efektif yang dapat membantu meningkatkan kelangsungan hidup primata dalam jangka menengah dan panjang.”