Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa 2016 merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah. Suhu rata-rata global pada tahun lalu 0,07 derajat Celcius lebih tinggi ketimbang tahun 2015.
Suhu dunia melonjak akibat peristiwa El Nino kuat, tetapi para ahli mengatakan bahwa 2016 akan tetap memecahkan rekor sebagai tahun terpanas meski tanpa fenomena menghangatnya perairan Pasifik tersebut.
Hasil analisis ini diperoleh berdasarkan data dari Met Office Hadley Centre Inggris, Climatic Research Unit University of East Anglia, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan Goddard Institute for Space Studies milik NASA.
Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas, mengatakan bahwa selain suhu yang meningkat, indikator jangka panjang dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia juga meningkat pada 2016.
“Konsentrasi karbondioksida dan metana menyentuh rekor terbaru pada 2016,” katanya.
Suhu tinggi terkait dengan berbagai bencana cuaca pada tahun 2016, termasuk banjir ekstrim, musim badai yang luar biasa dan kebakaran hutan.
Ketua Pelaksana WWF Inggris, Tanya Steele, mengatakan bahwa pemanasan suhu menyebabkan pemutihan terumbu karang mencapai pada tingkat yang berbahaya dan juga menyebabkan gletser meleleh.
“Ada semakin banyak tanda-tanda bahaya yang menunjukkan bahwa kita telah melampaui batas-batas kemampuan lingkungan di planet ini,” ujarnya.
Direktur Goddard Institute for Space Studies NASA, Gavin Schmidt, juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, berdasarkan hasil analisis data, penyebab pemanasan jangka panjang yang kita alami sekarang, didominasi oleh perubahan gas rumah kaca.
“Jadi ketika orang berbicara tentang rekor suhu terpanas, itu bukan merupakan kebetulan statistik. Ini terjadi karena alasan yang melibatkan kita. Dalam artian, jika kita tidak mengubah aktivitas-aktivitas tersebut dan hanya melanjutkan bisnis seperti biasanya, kita tidak akan pernah mendengar akhir cerita dari suhu yang memecah rekor semacam ini,” pungkasnya.