Apa yang akan Anda lakukan ketika tiba-tiba berhadapan dengan singa di jalanan gelap di Ethiopia? Berteriak? Lari? Pingsan?
Tetapi Çagan Sekercioglu justru mengambil nafas dalam-dalam, dan mengarahkan kameranya untuk merekam singa ethiopia langka tersebut dari dalam kendaraannya.
Sekercioglu merupakan seorang National Geographic Explorer dan juga ornitolog di University of Utah. Baru-baru ini, ia menjelajah Bale Mountains National Park untuk mempelajari efek jangka panjang perubahan iklim terhadap beragam burung. Dalam perjalanan panjang berkendara antar situs-situs burung, ia sekaligus melakukan survey jalan mamalia.
Sekercioglu mengatakan, butuh tekad yang kuat untuk menjaga agar kamera tetap stabil untuk merekam melalui jendela terbuka, sementara singa jantan itu mendekat dalam jarak hanya beberapa meter darinya.
“Sebagian dari diri saya berpikir, “Ini rekaman luar biasa, saya harus terus melakukannya,’” katanya.
“Bagian ilmuwan di otak saya sangat gembira, tetapi sisi manusia biasa hanya ingin pergi dari situ secepat mungkin,” ujar Sekercioglu yang juga merupakan fotografer dan videografer terlatih.
Sebagian besar singa afrika tinggal di habitat sabana khas sub-Sahara Afrika, tetapi ada sebagian kecil populasi yang menyebar di negara-negara lain, termasuk pegunungan Ethiopia.
Singa ethiopia, yang dikenal dengan surai hitamnya yang unik, pernah dianggap telah punah hingga populasi yang terdiri dari 50 individu ditemukan kembali pada tahun lalu. Karena hanya sedikit ilmuwan yang telah mempelajari kucing besar ini, tidak jelas apakah mereka mewakili subspesies terpisah.
Singa mungkin tampak begitu melimpah ketika Anda menyaksikan film dokumeter alam, tetapi kenyataannya jauh lebih suram.
Sejak 1980, populasi singa global diperkirakan telah menyusut hingga 75 persen. Saat ini, hanya ada kurang dari 20.000 kucing besar tersebut yang tersisa di alam liar. Singa termasuk dalam daftar hewan dengan status konservasi “Terancam Punah” oleh International Union for Conservation of Nature.