Meerkat, Si Montok nan Mempesona

By , Senin, 13 Februari 2017 | 18:00 WIB

Bayangkan, dari 50 individu, hanya dua yang bisa berhubungan seks. Itulah sistem pembiakan kooperatif kelompok meerkat, yang pejantan dan betinanya dominan memonopoli aktivitas perkembangbiakan.

Sejak mendirikan Kalahari Meerkat Project pada 1993, profesor University of Cambridge, Tim Clutton-Brock, meneliti sekitar 100 kelompok meerkat. Berkat usia, bobot, dan keagresifan, seekor pejantan dan betina menjadi dominan serta pembiak kelompok.

Saat meerkat subordinat menjadi dewasa, pejantan sering meninggalkan kelompok. Si betina boleh tetap tinggal, dengan yang tertua dan terberat biasanya menggantikan betina dominan setelah ia mati. Jika betina kurus dalam antrean bertambah berat, akankah betina gemuk meningkatkan berat badannya agar tetap dominan?

Berminggu-minggu, peneliti memberi telur rebus kepada kelompok meerkat betina, tetapi tidak kepada rekan lainnya. Mereka melatih kedua kelompok untuk memanjat timbangan. Meerkat yang tidak diberi makan tetap bertambah berat mengikuti yang lain, dengan meningkatkan jumlah buruan. Menurut peneliti Elise Huchard, hal ini menunjukkan bahwa meerkat “bisa mengetahui perubahan berat dan ukuran saingan potensial mereka, dan bereaksi menyesuaikan berat sendiri.”

Jika betina subordinat berupaya untuk membiak, betina dominan menyiksa mereka hingga keguguran, atau membunuh anakan yang mereka kandung. “Posisi pembiak dianggap sebagai kesuksesan reproduktif,” ungkap Clutton-Brock. “Itu layak diperjuangkan.”

Habitat/Wilayah

Gurun dan padang rumput di selatan Afrika

Status Konservasi

Risiko rendah

Fakta-fakta lain

Di alam liar, meerkat biasanya memakan serangga dan hewan pengerat kecil—juga kalajengking, yang penyengatnya berhasil mereka lumpuhkan.