Nusantara menyimpan kemegahan yang sepatutnya dilestarikan. Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo menampilkan kembali kebanggaan negeri ini dan kearifan kisahnya. Sebuah ajakan serius untuk menghargai warisan leluhur.
Mata saya berulang kali melirik ke arah tembok gerbang nan megah yang menampilkan relief bintang besar, stupika, dan dewa-dewi Hindu. Seketika itu juga alam pikiran saya dibawa ke zaman kejayaan kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara, Majapahit. Apa cerita di balik dibangunnya gerbang itu?
“Saya ingin merekonstruksi peninggalan Kerajaan Majapahit,” ujar Luluk Sumiarso sembari melirik ke arah gerbang agung tersebut. Lelaki itu pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Energi Terbarukan Kementerian ESDM pada 2010-2011. Dia turut serta dalam upaya pelestarian bersama teman-temannya di Yayasan Peduli Majapahit.
Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo menjadi bentuk cinta kepada budaya Indonesia, juga cintanya bagi sang istri yang juga penggiat seni tari. Hadiah untuk sang istri ini terinspirasi dari kisah pembangunan Taj Mahal tatkala ia berkunjung ke India.
Luluk bercita-cita untuk membawa miniatur Nusantara, seperti Taman Mini Indonesia Indah, ke dalam rumah budayanya. Sejumlah bangunan dalam kawasan ini memiliki identitas budaya masing-masing.
“Seperti tempat kita duduk sekarang ini, namanya Galeri Minahasa,” katanya merujuk pada rumah panggung kayu tempat kami berbincang. Luluk mengatakan, rumah ini dibangun ketika ia masih berada di Manado. Sejumlah materialnya memang berasal dari kota itu.
Dari Galeri Minahasa, terlihat anak-anak tengah belajar menari di bangunan bergaya joglo. “Nah, kalau yang itu untuk menggambarkan daerah Jawa,” ujarnya sembari menunjuk joglo.
Galeri Minahasa diapit dua bangunan lain yang menggambarkan dua daerah berbeda. Luluk masih ingin menyempurnakan rumah di samping kiri galeri agar menjadi representasi budaya Betawi. Sedangkan bangunan yang mengadaptasi gaya Masjid Demak berdiri di sisi kanan galeri.
Tak hanya meramu Nusantara kecil, Luluk bersama sang istri juga memberikan sentuhan tradisi seni. Sanggar tari yang mereka bangun kini telah diikuti hampir seratusan siswa. Keriaan mereka kala belajar menari telah menghidupkan rumah budaya ini.
Setiap purnama datang, sendratari Ramayana menghibur para penggemar kisah percintaan Sri Rama dan Dewi Shinta. Pagelaran itu dipentaskan di amfiteater dalam naungan pepohonan rindang, dan berlatar bangunan yang mengagungkan budaya Majapahit.
Meski berlokasi di pinggiran ibu kota, rumah budaya ini memiliki segudang mimpi dan harapan untuk seni Nusantara. Luluk berhasrat untuk menjadikan rumah budaya ini sebagai zona utama dari kampung budaya di sudut Ciputat, Tangerang Selatan.
Sebelum Luluk mengakhiri perbincangan, ia sempat berkata kepada saya, "Budaya memiliki peranan penting dalam membangun sebuah jati diri bangsa."
Saya pun mantap sependapat.