“Ma, penis itu apa?” tanya Zaki yang berusia lima tahun kepada ibunya.
Bagi Zaki, istilah ‘penis’ merupakan hal baru. Sebab menurut pengetahuannya, alat kelaminnya bernama ‘burung’.
“Saya bingung juga. Bagaimana cara menjelaskannya ya? Masa sih anak kecil sudah diajari yang beginian,” ujar Ibunda Zaki.
Cerita di atas bisa jadi mewakili banyak pengalaman orang tua yang kebingungan ketika ditanya seputar organ kelamin oleh si kecil. Betulkah membicarakan organ kelamin yang notabene masuk ke dalam pendidikan seks tak pantas diajarkan pada anak kecil?
Psikolog anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psi. menegaskan kalau pendidikan seks itu cakupannya luas sekali. Mulai dari pengenalan anggota tubuh sampai bagaimana cara merawat dan menjaganya.
Jadi, salah besar jika menganggap pendidikan seks itu hanya seputar hubungan seks antara pria dan wanita. Mengenalkan nama alat kelamin yang benar pun termasuk pendidikan seks.
“Pendidikan seks bisa dibilang sebagai bekal perlindungan anak di masa depan. Karena pendidikan seks dapat membuat anak lebih mengerti dan peduli tentang tubuhnya,” ujar psikolog yang akrab dipanggil Vera ini kepada Kompas.com.
Pendidikan seks yang benar juga mengajarkan anak untuk merawat dan menjaga organ reproduksinya. Harapannya, agar anak terhindar dari masalah kesehatan yang berkaitan dengan organ reproduksi.
Bahkan, lanjut Vera, pendidikan seks bisa membentengi anak dari kejahatan seksual. Alasannya, pendidikan seks yang benar akan mengajarkan anak mengenai perlakuan yang tidak boleh dilakukan orang lain terhadap dirinya, terutama terhadap organ sensitif seperti alat kelamin.
“Pendidikan seks yang benar juga mengajarkan apa yang bisa dilakukan oleh anak untuk membela dirinya,” ucap Vera.
Karenanya, pendidikan seks sebenarnya bukan hal tabu dan boleh diajarkan kepada anak. Bahkan, sebaiknya diberikan sedini mungkin.
“Mengingat anak jaman sekarang banyak yang sudah masuk usia pubertas di usia 9-10 tahun. Pendidikan seks sebaiknya diberikan agar anak lebih tahu bagaimana membatasi pergaulan agar tidak terjerumus ke pergaulan bebas,” kata Vera.
Pendidikan seks bisa dimulai dari sekolah. Misalnya dengan menyisipkan materi pendidikan seks ke dalam mata pelajaran yang berkaitan.
“Dengan maraknya kejahatan seksual pada anak, mestinya makin disadari bahwa salah satu cara melindungi anak adalah memberikan pendidikan seks yang tepat pada anak baik di rumah maupun di sekolah. Ini semestinya bukan lagi jadi hal tabu,” imbuh Vera.