Sekitar 10.000 tahun lalu, Gurun Sahara yang kita kenal saat ini mungkin merupakan tanah hijau yang subur dan dipenuhi danau. Sebuah penelitian baru mengatakan bahwa manusia kemungkinan berperan dalam transisi tajam tanah subur ini menjadi padang pasir nan tandus.
Penelitian yang dilakukan oleh tim arkeolog dan ahli ekologi dari Seoul National University di Korea Selatan tersebut telah menyelidiki peran aktivitas manusia dalam penggurunan Sahara.
Penggurunan berawal ketika masyarakat neolitik Afrika bereksperimen dengan “agro-pastoral”—perpaduan antara praktik pertanian dan peternakan—dekat Sungai Nil sekitar 8.000 tahun lalu.
Praktik ini kemudian menyebar hingga ke kawasan barat. Seiring penyebaran masyarakat, mereka memperkenalkan lebih banyak lagi hewan ternak dan menyebabkan penyusutan vegetasi besar-besaran karena dimakan oleh para ternak.
Hilangnya vegetasi yang menutupi tanah membuat jumlah sinar matahari yang dipantulkan permukaan Bumi menjadi jauh lebih banyak ketimbang yang diserap, dan pada gilirannya, mempengaruhi kondisi atmosfer.
Kondisi tersebut memicu penurunan tingkat curah hujan monsoon yang menyebabkan penggurunan lebih lanjut dan hilangnya vegetasi. Lingkaran setan ini akhirnya menyebar dan mengubah daerah yang hampir seluas Amerika Serikat itu menjadi gurun yang panas, kering dan tandus.
Studi ini juga menentang sebagian besar penelitian sebelumnya yang menunjukkan transisi ini disebabkan oleh perubahan orbit Bumi atau perubahan alami pada vegetasi. Bagaimana pun, aktivitas manusia neolitik telah diketahui turut berperan terhadap perubahan ekologis di beberapa bagian Eropa, Asia Timur dan Amerika.
Meski demikian, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan temuan ini secara konkrit. Pemimpin proyek penelitian, David Wright, mengatakan bahwa bekas danau kuno yang berada di Sahara pasti menyimpan catatan tentang perubahan vegetasi. Karena itu, para peneliti berharap dapat segera kembali ke Sahara untuk mendalami gagasan ini dengan mengamati apa yang ada di bawah pasir Sahara.
“Kami perlu menelusuri bagian dalam dasar danau kuno di Sahara untuk mendapatkan catatan vegetasi, melihat jejak arkeologi, dan mengetahui apa yang dilakukan manusia di sini,” ucap Wright.