Dari sekian banyak ikan yang hidup di air, ada beberapa di antaranya yang berevolusi untuk hidup di darat. Diperkirakan, evolusi itu mulai terjadi sekitar 390 juta tahun lalu.
Pindah habitat dari air ke darat bukan perkara mudah bagi ikan. Selama ini, para ilmuwan berupaya mengungkap hal-hal yang memicu ikan keluar dari air dan memutuskan tinggal di darat.
Beberapa alasan paling potensial antara lain untuk mendapatkan makanan yang lebih baik, menghindari kualitas air yang buruk, atau menyelamatkan diri dari predator di dalam air. Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal The American Naturalist menunjukkan, alasan terakhirlah yang kemungkinannya paling besar.
Dalam studi tersebut, para ahli biologi meneliti ikan tropis kecil dari keluarga Blenniidae di perairan sekitar Rarotonga, di Pasifik Selatan. Mereka menemukan empat spesies Blenniidae telah mengembangkan gaya hidup ala amfibi. Dengan kata lain, ikan-ikan itu dapat membagi waktu mereka untuk hidup di air atau di darat.
“Penelitian kami pada ikan blenny di Rotonga ini merupakan upaya pertama untuk mengamati tekanan-tekanan yang menyebabkan ikan keluar dari air,” ujar ahli ekologi evolusioner Terry Old dari University of New South Wales di Australia.
Dari pengamatan, diketahui ikan-ikan blenny ini tampak berenang di genangan-genangan air di antara bebatuan pinggir pantai ketika laut surut, namun kemudian akan bergerak lebih jauh ke darat ketika laut pasang.
Meski punya gaya hidup seperti amfibi, tentu saja ikan-ikan ini tetap membutuhkan air agar dapat bernafas. Jadi mereka tetap berusaha menjaga agar insang mereka basah dengan aliran atau cipratan air yang tersedia di celah-celah batu.
Ikan blenny memiliki banyak musuh di dalam air. Mereka biasa dimangsa oleh ikan-ikan karang seperti ikan keling, kerapu dan belut moray.
Para peneliti juga mengamati hubungan kelimpahan antara predator dengan perubahan pasang-surut laut. Mereka menemukan, ketika laut sedang pasang—saat ikan blenny banyak ‘kabur’ ke darat, jumlah predator di laut sedang berlimpah.
“Ancaman di darat lebih minim bagi ikan blenny, hanya burung satu-satunya kekhawatiran mereka,” kata Ord.
Selanjutnya, para peneliti menguji hipotesis bahwa burung tak memberikan ancaman sebesar predator dalam air bagi para ikan blenny. Mereka menyebarkan sekitar 249 ikan blenny tiruan di dalam air maupun di darat—di atas tanda air pasang—selama tiga sampai delapan hari. Hasilnya, ikan-ikan blenny tiruan bernasib lebih baik, dengan serangan yang lebih minim dari burung.
Studi ini memberi kita wawasan tentang proses ekologi yang pernah mendorong leluhur kita untuk menjelajahi lingkungan baru, hingga akhirnya melahirkan adaptasi evolusioner yang saat ini ada dalam tubuh kita.
“Jika Anda tidak pernah melihat ke “luar pagar”, Anda tidak pernah tahu bahwa ada "rumput" yang lebih hijau. Tapi jika Anda berupaya keras untuk menuju sisi pagar yang lain, Anda mungkin akan menyadari bahwa tempat itu memberikan keuntungan tambahan dan ingin tinggal di sana serta beradaptasi,” pungkas Ord.