Pertama Kalinya Ditemukan, Katak yang Bercahaya dalam Gelap

By , Senin, 20 Maret 2017 | 14:00 WIB

Alam menyimpan jutaan rahasia yang tak pernah gagal membuat kita berdecak kagum saat mengetahuinya. Salah satunya, ketika untuk kali pertama, para peneliti mengetahui ada katak yang bisa bercahaya dalam gelap.

Amfibi yang memiliki nama ilmiah Hypsiboas punctatus ini biasa dijuluki katak pohon polkadot, dan mendiami pinggiran sungai maupun saluran air di basin Amazon.

Kemampuan unik katak pohon polkadot ini baru terungkap ketika para peneliti dari Bernardino Rivadavia Natural Sciences Museum di Buenos Aires, Argentina meneliti pigmen pada kulitnya. Ketika mereka menyinari hewan tersebut dengan cahaya ultraviolet, baru ketahuan bahwa katak ini bisa bercahaya dalam gelap.

Katak pohon polkadot (Hypsiboas punctatus) saat tak disinari dengan cahaya ultraviolet. (Taboada et al. 2017

Katak pohon polkadot (Hypsiboas punctatus) yang saat disinari dengan cahaya ultraviolet. (Taboada et al. 2017)

Setelah menggali informasi lebih, para peneliti akhirnya berhasil mengidentifikasi tiga molekul dalam jaringan kelenjar getah bening, kulit, dan kelenjar sekresi yang menyebabkan katak itu bercahaya hijau.

Alasan mengapa amfibi ini bercahaya, masih sedikit sulit dipahami. Para peneliti menemukan bahwa katak pohon polkadot memancarkan cahaya dalam jumlah yang mengesankan, setara dengan 18 persen cahaya bulan purnama, atau 30 persen cahaya senja. Jumlah ini, menurut peneliti, cukup untuk dilihat oleh beberapa katak. Fakta tersebut membuat para peneliti menduga, kemampuan bercahaya itu memainkan peran penting dalam hal komunikasi antar individu amfibi.  

Selama ini, kemampuan memproduksi cahaya melalui proses kimiawi jamak ditemukan pada vertebrata, terutama ikan. Di sisi lain, kemampuan ini cukup jarang ditemukan di kalangan amfibi.

Penemuan terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini, menandai penemuan perdana katak yang mampu bercahaya. Para peneliti menduga, katak pohon polkadot ini bukanlah satu-satunya yang memiliki kemampuan ini.

“Saya sangat berharap rekan-rekan peneliti yang lain sangat tertarik dengan fenomena ini, dan mereka mulai membawa senter ultraviolet di lapangan,” kata Julián Faivovic, salah satu penulis studi.