Griya Anggrek Menyimpan Sejarah Indonesia-Korea Utara

By , Rabu, 29 Maret 2017 | 13:00 WIB

Griya Anggrek Kebun Raya Bogor diresmikan pada 25 Mei 2002 oleh Presiden Republik Indonesia kelima, Megawati Soekarnoputri. Griya ini merupakan tempat bagi spesies anggrek dan dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap anggrek alam. 

Selain sebagai tempat pameran koleksi anggrek, griya ini juga menjual anggrek species dan tamanan non-Anggrek seperti Nepenthes dan Alocasia dalam bentuk botolan atau pot hasil perbanyakan kultur jaringan. 

Hutan tropis yang membentang dari Sumatra hingga Papua menjadikan Indonesia sebagai salah satu megara dengan keragaman jenis anggrek alam tertinggi di dunia. Kebun Raya Bogor menjadi tempat menjadi rumah lebih dari 500 jenis anggrek, hal ini dilakukan untuk mencegah kepunahan anggrek akibat hilangnya hutan tropis yang merupakan habitat bunga yang menjadi simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan  tersebut.

Griya Anggrek memiliki sejarah tersendiri bagi hubungan Indonesia dengan Korea Utara. Di griya ini, terdapat koleksi Anggrek Kimilsungia, yang diambil dari nama mantan Presiden Korea Utara, Kim Il-Sung. Saat kunjungan Presiden Korea Utara teresebut ke Indonesia pada tahun 1965, Ir.Sukarno menghadiahkan anggrek hasil penyilangan Dendrobium Ale ale Kai (induk betina) dan Dendrobium Lady Constance (induk jantan) kepada Presiden Korea Utara Kim Il-Sung. 

Meskipun awalnya sempat menolak, Kim Il-Sung akhirnya menerima hadiah anggrek dari Presiden Sukarno tersebut. Hingga kini, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang selalu memberikan sambutan pada acara Festival Bunga Kimilsungia di Korea Utara. 

Sampai saat ini jenis Anggrek Kimilsungia masih menjadi koleksi Griya Anggrek dan pada tahun 2015 silam, Kedutaan Korea Utara mengunjungi Griya Anggrek untuk memperingati 50 tahun bunga anggrek Kimilsungia.