Menyelamatkan Amazon-nya Asia Tenggara

By , Senin, 17 April 2017 | 18:00 WIB

Zeb Hogan mengingat-ngingat perasaan ajaib yang Ia rasakan saat pertama kali datang ke Asia Tenggara 20 Tahun lalu, dalam sebuah program pertukaran. Biolog ikan air tawar itu langsung dihadapkan dengan Sungai Mekong. Tumbuh besar di padang Arizona yang tandus, merupakan hal yang mengejutkan bagi lulusan Fullbright tersebut untuk menjajali sistem sungai yang paling produktif di dunia.

“Semua sangat jelas dan hidup,” ujar Hogan. “Seperti melihat dunia dengan kacamata yang baru. Kontras dengan Arizona yang paling ekstrem.“

Meski program pertukaran tersebut akhirnya selesai, Hogan langsung kembali ke Sungai Mekong. Seiring waktu, Ia menghabiskan waktu yang lebih banyak di wilayah itu, menenggelamkan dirinya dalam budaya Thailand dan Kamboja, dua negara yang dilalui oleh sungai tersebut. Menajamkan risetnya pada ikan yang bermigrasi, Ia kemudian menjadi seorang ahli spesies endemik Lele Mekong Raksasa (Mekong giant catfish),  yang memegang rekor sebagai ikan air tawar terbesar di dunia yang pernah ditangkap, dengan berat 293 kilogram.

Baca juga: Seperti Apakah Cara Kerja Otak Orang-orang Kreatif?

Saat ini, dua dekade setelahnya, Hogan menjadi pemandu acara “Monster Fish” di Stasiun Nat Geo Wild, dan memimpin sebuah proyek riset baru, didukung oleh USAID, berjudul “Keajaiban Mekong”. Proyek tersebut berisi peneliti dari beragam disiplin dalam upaya untu meningkatkan kesadaran yang lebih besar terhadap salah satu ekosistem yang paling luar biasa tersebut.

Proyek itu dimulai saat cekungan Sungai Mekong, yang menyangga hidup lebih dari 60 juta jiwa, sedang mengalami transformasi besar. Saat sungai tersebut berubah dikarenakan pembangunan bendungan, perubahan iklim, dan terkikisnya habitat, kekuatan ekonomi dan politik merubah keadaan wilayah tersebut dalam bentuk budaya dan sejarah.

“Menurut saya, Sungai Mekong adalah sungai paling penting di dunia,“ ujar Hogan, saat berbicara mengenai proyek tersebut di Phnom Penh, Ibu Kota Kamboja.

“Namun, Sungai Mekong kini berada di ambang batas, kebijakan yang dibuat dalam 10 atau 15 tahun ini dapat mendukung ataupun menghancurkan hidup yang disangga oleh sungai tersebut.“

Naga Asia Tenggara

Berasal dari hulu yang membeku di pegunungan Tibet, Sungai Mekong memiliki mata air yang sama dengan Sungai Yangtze dan Sungai Kuning di Tiongkok. Di Tiongkok sendiri, sungai ini disebut dengan Lancang, berubah nama menjadi Mekong saat menyebrang masuk perbatasan Laos dan Myanmar.

Sungai tersebut terus mengalir melalui sejumlah pemandangan spektakuler terbaik di dunia, termasuk pegunungan dengan hutan yang lebat di Golden Triangle, daerah yang terkenal karena produksi opiumnya. Untuk ribuan mil, sungai ini kemudian membentuk perbatasan antara Thailand dengan Laos. Lalu, untuk rentang yang lebih liar lagi, sungai tersebut kemudian berubah menjadi rangkaian jeram yang berputar-putar yang dikenal sebagai Khon Pi Long, atau “tempat di mana hantu tersasar,” mengalir melalui kepulauan berisi 4,000 pulau, sebagian dari pulau-pulau itu diisi dengan kuil dan pura, serta air terjun terlebar di dunia, sampai pada akhirnya meninggalkan Laos dan berujung di Kamboja.

Di sana, sungai ini membentuk kolam dalam yang menjadi rumah bagi ikan air tawar terbesar di dunia sebelum akhirnya mengalir melalui daratan banjir yang besar dan hutan banjir yang membawa produktivitas besar ke wilayah tersebut. There, it forms deep pools sheltering the world’s largest freshwater fish before running into the vast flood plains and flooded forest that drive much of the region’s productivity. Kemudian sungai ini menyatu dengan anak sungai yang berubah arah setiap tahunnya dan menghubungkan sungai ke Danau Tonle Sap, danau pedalaman Asia Tenggara terbesar dan “jantung Kamboja.” Setelah itu, di Vietnam, sungai ini melalui persawahan hingga akhirnya berpecah menjadi 9 cabang yang dikenal dengan “sembilan naga,” lalu bermuara di Laut Cina Selatan.

Baca juga: Mana yang Lebih Sehat untuk Lauk, Ikan atau Ayam?

“Sungai Mekong dan anak-anaknya sangatlah besar, menyatu dengan lanskapnya selama musim hujan dan kembali ke alirannya saat musim kemarau," jelas Sudeep Chandra, direktur dari University of Nevada Global Water Center, yang mengkordinasikan penelitian ini.

“Ukuran koneksi di Sungai Mekong tidak seperti sungai lainnya, seperti yang terlihat dari besarnya jumlah keragaman hayati dan produksi ikan setiap tahunnya,” Ia menambahkan.

Habitat ikan pedalaman terbesar di dunia

Wilayah Mekong faktanya merupakan salah satu area dengan keragaman hayati terbesar di dunia. Mengandung setidaknya 20,000 spesies tumbuhan, 1,200 unggas, 800 jenis reptil dan amfibi, dan 430 spesies mamalia, termasuk Harimau Bengal, gajah Asia, dan lumba-lumba Irrawaddy yang terancam punah.

Sungai itu sendiri menyangga kehidupan 1,000 ragam spesies ikan, berada satu peringkat di bawah Amazon dalam konteks keragaman jenis ikan. Sungai ini juga memiliki lebih banyak ikan raksasa dibandingkan sungai-sungai lain di dunia, dari pari air tawa raksasa (giant freshwater stingrays) hingga ikan mas seberat 500 pon.

“Sungai Mekong merupakan surga bagi seorang biolog perikanan,” ujar Hogan. “Sungai ini superlatif dalam berbagai macam bentuk. Tetapi sungai ini juga berada dalam bahaya.”

“Kamboja merupakan pengungsian terakhir untuk keragaman hayati yang sedang berada di ujung tanduk, dan banyak dari hewan paling ikonik juga berada di ambang kepunahan.”

Dengan alasan tadi, kantor pusat proyek tersebut akan ditempatkan di Phnom Penh. Dari segala negara yang berkoneksi dengan Sungai Mekong, tidak ada yang lebih dekat dalam kehidupan di Kamboja. Menurut sejumlah perhitungan, kolam Sungai Mekong menghasilkan lebih dari 3 juta ikan per tahun, senilai dengan seperempat tangkapan air tawar global.

Delta sungai yang subur juga membantu mengisi permintaan dunia terhadap nasi. Pada 2014, Kamboja dan negara Mekong lainnya menghasilkan lebih dari 100 juta ton beras, sekitar 15 persen dari jumlah total dunia. Pesawahan abadi di Mekong bergantung pada endapan kaya nutrisi yang terbawa hingga ke hilir sungai, terutama pada musim hujan dari Juni hingga Oktober.

Memang, apa yang terjadi di salah satu ujung sungai Mekong akan sangat berdampak pada yang lainnya. Para ahli mengkhawatirkan pembangunan serangkaian bendungan di Laos dan area lain di hulu Sungai Mekong akan menghancurkan habitat krusial bagi ikan-ikan yang bermigrasi dan dapat memicu kepunahan spesies ikan yang rentan, seperti ikan patin raksasa, predator yang juga dikenal sebagai lele “pemakan anjing” yang dapat tumbuh sepanjang 10 kaki.

Dari Sains Hingga Ekonomi Berkelanjutan

Saat pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan yang stabil di regional tersebut, banyak negara-negara yang masih dilanda kemiskinan. Tekanan ekonomi, meliputi permintaan lahan untuk industri agrikultur, panen tidak stabil yang bukan hanya terjadi pada bidang perikanan tapi juga tembaga bernilai tinggi, dan dampak dari pesatnya urbanisasi, turut memperparah keadaan.

“Kita perlu melihat adanya kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi,” ujar Hogan. “Perkembangan dan konservasi harus saling beriringan. Tidak bisa dilakukan salah satunya saja.”

Sama menakjubkannya dengan keragaman hayatinya, wilayah Mekong juga kaya dengan keragaman budayanya. Ada lebih dari 300 juta jiwa dari hampir 100 kelompok etnis berbeda yang tinggal di wilayah Mekong. Area itu juga memiliki kekayaan warisan budaya dan sejarah. Area tersebut merupakan rumah dari kota Lao utara, Luang Prabang, pusat dari agama Budha, serta kekaisaran Angkor, kompleks urban terbesar di dunia pra-industri.

Baca juga: Hati-hati, 5 Bau Pada Tubuh Ini Bisa Jadi Tanda Gangguan Kesehatan

“Tujuan dari proyek ini adalah untuk memadukan pemahaman antara sains mengenai keragaman hayati, iklim dan hidrologi dari Sungai Mekong dengan pemahaman mengenai ilmu sejarah dan arkelogi dari wilayah ini demi masa depan yang lebih terjamin,“ ungkap Hogan.

“Penting untuk kesehatan hubungan antara masyarakat, ikan dan margasatwa, segala keputusan yang dibuat hari ini akan krusial untuk masa depan wilayah Mekong.“