Mesin Penggali Meremukkan Seekor Harimau di India

By , Senin, 3 April 2017 | 10:00 WIB

Saat manusia dan hewan saling berebut habitat, seringkali hewan yang harus menerima kekalahan. Konflik ini menjadi sorotan setelah video terbunuhnya seekor harimau karena tertindih lengan mesin penggali muncul.

Harimau tersebut ditangkap di Hutan Ramngar, kemungkinan Ia lepas dari Cagar Alam Harimau Corbett (Corbett Tiger Reserve), yang berada di kaki pegunungan Himalaya di bagian utara India.

Times of India melaporkan, harimau itu sebelumnya telah membunuh dua orang di kota Bailpaday. Sebelum kejadian tersebut, si harimau telah dibius hingga kemudian terhuyung-huyung ke bawah lengan mesin penggali. Hal ini dapat menjelaskan mengapa kucing besar itu terlihat kesulitan melepaskan diri saat lengan mesin penggali turun secara perlahan.

Setelah kejadian tadi, hewan itu langsung dilarikan ke kebun binatang Nainital. Laporan otopsi menunjukkan kematian harimau tersebut disebabkan oleh kehabisan napas, luka yang diterima karena perebutan wilayah dengan harimau lain, dan juga septicaemia (keracunan darah).

Laporan dari Hindustan Times  menyebutkan, gigi harimau yang hancur karena berat lengan mesin penggali menyebabkan harimau tersebut tersedak darahnya sendiri.

Untuk menangani masalah ini, pemerintah telah membetuk tim yang terdiri dari 4 orang, terdiri dari pegawai hutan setempat, seorang dokter hewan, dan dua orang ahli margasatwa, untuk menginvestigasi kematian si harimau dan penggunaan mesin berat dalam upaya mengumpulkan hewan ini.

Sebuah penelitian pada 2011 menunjukkan, Cagar Alam Harimau Corbett merupakan cagar alam untuk harimau liar terpadat di India, dan mungkin di seluruh dunia. Kepadatan populasi ini menyebabkan kemungkinan terjadinya perebutan teritori yang biasa menjadi penyebab utama luka yang didapat para harimau.

Harimau bengal berada dalam daftar International Union for Conservation of Nature sebagai hewan yang terancam punah. Hampir 70% harimau di alam liar dapat ditemukan di India. Berkurangnya habitat dan maraknya perburuan berdampak pada seberapa mudahnya harimau bertahan hidup di alam liar, membuat manusia menjadi ancaman terbesar sekaligus sekutu terbaik.

Perhitungan populasi pada 2015 memperkirakan jumlah harimau lepas  sebesar 2.226 individu, tapi sebelumnya diperkirakan ada 50.000 hingga 80.000 harimau liar yang hidup di India. Di wilayah Terai, India, yang memiliki cagar alam tersebut, mengalami peningkatan populasi. Setidaknya ada 79 harimau dewasa yang terhitung di tempat tersebut tahun lalu.

The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), sebuah persetujuan internasional yang terdiri dari 175 negara, menawarkan perlindungan internasional pada para harimau. Harimau, hewan nasional India, telah dilindungi sejak pemerintah negara tersebut meluncurkan Project Tiger pada 1973. Setidaknya ada 47 pemeliharaan harimau di India dan dikelola oleh National Tiger Conservation Authority (NTCA).

Walaupun harimau telah dilindungi di bawah ketentuan internasional, ledakan populasi di India menciptakan ancaman baru di antara manusia dan para harimau.

Lebih dari satu miliar orang hidup di India. Hanya tiga persen dari daratannya yang belum dikelola, namun wilayah inilah yang menampung harimau dan spesies terancam lainnya, yang berarti konflik antara hewan dan manusia telah wajar terjadi.

Beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya konflik di antara hewan liar dengan manusia.

Salah satu caranya dengan pencatatan populasi. Para peneliti dapat melacak populasi harimau dengan menggunakan kamera jebakan, yang akan menangkap strip unik yang dimiliki setiap harimau, dan membuat ID untuk para harimau di setiap wilayah.

Mengidentifikasi potensi perebutan teritori, menciptakan cagar alam baru, dan merelokasi masyarakat ataupun para harimau, tercatat dalam daftar metode yang dikeluarkan oleh NCTA di laman webnya.

Harimau Bengal bukanlah satu-satunya hewan yang terkena dampak dari ledakan populasi di India. Gajah Asia seringkali mengganggu teritori manusia dan juga sebaliknya. M. Ananda Kumar, seorang peneliti dari Nature Conservation Foundation, menciptan sebuah sistem kewaspadaan (text alert system) yang membuat masyarakat di daerah dekat teritori Gajah Asia mengetahui adanya kawanan tersebut, menghindari potensi terjadinya konflik.

Melindungi para harimau di masa depan akan bergantung pada otoritas NTCA. Baru-baru ini, mereka menyarankan penggunaan jebakan dan obat bius untuk menjauhkan para harimau dari masyarakat, serta membangun struktur yang menghalangi para harimau ke ladang setempat.