Bakteri-bakteri Tak Wajar Ditemukan di Lubang Sembur Paus Pembunuh

By , Selasa, 11 April 2017 | 19:00 WIB

Patogen-patogen mikroskopis itu tampak familiar. Terdapat Salmonella, contohnya, sebuah bakteri yang ditemukan dalam daging unggas dan terkait dengan kasus keracunan makanan yang biasa diderita setelah mengkonsumsi telur, buah atau sayuran yang busuk. Terdapat juga Staphylococcus, jenis patogen yang umumnya berada di kulit manusia, namun jika terhirup, dapat menyebabkan pneumonia.

Para ilmuwan tidak menemukan mikroba-mikroba tersebut di darah manusia ataupun di dalam tubuh binatang ternak. Mereka ditemukan di semburan nafas paus pembunuh (Orcinus orca) yang bergerak di sekitar, Monterey Bay, California dan Kepulauan Queen Charlotte, British Columbia.

Para peneliti berusaha memahami mengapa populasi orca di sekitar Pesisir Barat Amerika Utara yang terancam punah menurun drastis hingga tersisa 78 ekor. Jumlah populasi tadi juga menunjukkan cara baru manusia dalam menyakiti para paus pembunuh: melalui infeksi penyakit.

Dalam sebuah penelitian mengenai populasi paus pembunuh, para peneliti menangkap ada agen-agen penular yang tidak berkaitan dengan paus pembunuh di dalam helaan nafas yang keluar melalui lubang sembur mereka. Beberapa patogen ini memiliki ketahanan terhadap antibiotik. Hal ini memicu para ilmuwan untuk mencurigai infeksi ini disebabkan oleh sistem pembuangan limbah air di sekitar pesisir barat.

“Hewan ini menghabiskan banyak waktunya di ekosistem yang dekat dengan lingkungan perkotaan,” ujar Brad Hanson, yang memantau pemulihan paus orca untuk National Oceanic and Atmospheric Administration. “Karena pembuangan limbah, secara langsung maupun tidak langsung, ada ragam objek yang dapat memasuki sistem tubuh para paus.”

Penelitian tersebut adalah hasil dari beberapa tahun pengambilan sampel dari paus-paus dan air di sekitar San Juans, sebuah pemukiman di kepulauan kecil dekat perbatasan antara Amerika Serikat dengan Kanada. Para ilmuwan melakukan tes pada airnya yang mereka sebut lapisan mikro permukaan laut, selaput tipis cairan di atas laut dimana air laut bertemu dengan udara, sebagian kecilnya dapat ditangkap saat seekor paus menghela nafas.

Mereka juga mengikuti kawanan paus dengan tiang sepanjang 7,62 meter dengan sejumlah piringan petri terbalik untuk menangkap air yang keluar dari lubang sembur paus.

Mereka menemukan sesuatu yang tidak terduga. Dari para paus tadi, mereka melihat segala hal dari bakteri yang umum ditemukan dalam kerang, jamur yang menyebabkan penyakit pada tanaman, hingga bakteri yang biasa ditemukan di limbah kotoran ternak darat. Konsentrasi mikroba-mikroba tersebut memang tidak menyebabkan hewan ini sakit. Tetapi, tidak seharusnya mikroba-mikroba tersebut berada di tubuh paus.

“Kami sangat terkejut melihat hal ini,” ujar Linda Rhodes, seorang toksikolog dan ahli biologi molekuler NOAA. “Mikroba-mikroba ini adalah jenis yang jika keluar dari nafas kita, maka dokter akan menyatakan ada sesuatu yang tidak beres."

Namun dengan mengetahui penemuan ini berarti sulit juga untuk menentukan asal dari patogen-patogen tersebut.

Paus pembunuh sebelah selatan Pesisir Barat dipecaya berjumlah ribuan pada 1800-an. Namun selama abad ke-20, mereka mendapatkan tekanan dari meningkatnya pencemaran, sumber pangan utamanya - ikan salmon chinook - telah punah, dan jumlah mereka menyusut dikarenakan perburuan untuk dijual ke akuarium kelautan. Spesies ini terdaftar sebagai spesies yang terancam punah 12 tahun lalu.

Para ilmuwan menduga, mamalia laut ini menjadi semakin lemah karena kurangnya sumber pangan. Tetapi hewan ini sulit untuk diteliti, dikarenakan setiap hewan ini mati, bangkainya langsung hilang begitu saja. Alhasil, para peneliti hanya bisa menduga-duga setiap penyebab kematian paus orca.

Pete Schroeder, seorang dokter hewan mamalia laut yang pernah bekerja di angkatan laut, mengembangkan metode pengambilan sampel dari nafas lubang sembur. Metode ini sederhana dan efisien, juga menawarkan pandangan komperhensif mengenai makhluk-makhluk kecil yang tinggal di dalam pernafasan paus.

“Kita mengetahui bahwa populasi chinook semakin habis, dan ukuran mereka semakin kecil," jelasnya. “Kita melihat ada peningkatan lalu lintas kapal dan itu dapat memisahkan induk paus dengan anaknya. Apa yang mereka makan dan air tempat mereka berenang telah terkontaminasi. Dan sekarang kita mengetahui bahwa mereka juga membawa patogen-patogen yang tidak wajar.”

Banyak dari patogen ini yang nampaknya tidak wajar ditemukan di dalam paus ataupun air, oleh karenanya, sejumlah peneliti menduga akar permasalahannya adalah pembuangan limbah. Kota Kanada terdekat, Victoria, membuang limbah airnya langsung ke Selat Juan de Fuca. Namun dapat lebih rumit dari itu.

Hasil pengujian air menunjukkan setidaknya ada empat jenis mikroba yang ditemukan di dalam nafas paus.

“Kita tidak dapat menyatakan bakteri yang disemburkan itu berasal dari perairan terdekat,” ujar Schroder. “Kita tidak dapat menyatakan dari mana asalnya.”

Untuk saat ini, para ilmuwan akan menggunakan hasil uji tadi untuk membantu mengupayakan dan membangun pemahaman mengenai mikroba yang ada di nafas para paus. Mereka juga akan mencoba mengembagkan data kesehatan tiap ekor paus.