Kebun Raya “Eka Karya” Bali merupakan kawasan konservasi ex-situ yang memiliki fungsi penelitian, konservasi, dan juga pendidikan. Kebun raya ini diresmikan pada tahun 1959 oleh Direktur Lembaga Pusat Penyelidikan Alam, Ir. Kusnoto Setyodiwiryo.
Kusnoto yang juga merupakan Kepala Kebun Raya Indonesia, merupakan inisiator dari pembangunan Kebun Raya “Eka Karya” Bali bersama dengan I Made Taman, Kepala Lembaga Pelestarian dan Pengawetan Alam yang sama-sama memiliki cita-cita untuk mendirikan cabang Kebun Raya di luar Pulau Jawa.
Kebun raya ini dibangun dengan luas total 50 hektar dan diberikan nama “Eka Karya”. Nama ini diusulkan oleh I Made Taman dengan “Eka” yang memiliki arti Satu dan “karya” memiliki arti Kerja, sehingga filosofi dari nama tersebut adalah kebun raya pertama yang merupakan hasil kerja bangsa Indonesia setelah merdeka.
Koleksi utama dari kebun raya ini adalah tumbuhan berdaun jarum atau Gymnospermae dari seluruh dunia. Pemilihan koleksi ini dilakukan karena jenis-jenis tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik di dalam Kebun Raya "Eka Karya" Bali.
Sebagian besar koleksi utama tumbuhan yang ada di Kebun Raya ini didatangkan dari Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas. Tanaman tersebut antaralain Arucaria bidwillii, Cupresus semprevirens, dan Pinusmasoniana. Anda juga dapat menemukan tumbuhan asli dari daerah ini yaitu Podocarpus imbricatus dan Casuarina junghuhniana.
Podocarpus imbricatus atau Jamuju merupakan tanaman kayu yang biasanya dijumpai di dataran tinggi dan merupakan jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi rumah. Casuarina junghuhniana atau cemara merupakan tumbuhan yang memang tumbuh di daerah Indonesia yang sangat cocok digunakan sebagai kayu bakar dan produksi arang.
Pada tahun 2008, luas kebun raya ini bertambah menjadi 157,5 hektar dan saat ini Kebun Raya Bali tidak hanya menjadi konservasi tumbuhan berdaun jarum namun berkembang menjadi kawasan konservasi ex-situ tumbuhan pegunungan tropika kawasan timur Indonesia.