Lakukan Hal-hal Ini Jika Terjebak Badai dan Petir di Gunung

By , Selasa, 25 April 2017 | 19:30 WIB

Tewasnya tiga pendaki akibat tersambar petir di Gunung Prau, Wonosobo, Jawa Tengah, Minggu (23/4/2017), menimbulkan duka mendalam di dunia pendakian Tanah Air. Namun di balik peristiwa naas ini, terdapat pelajaran berharga bagi para pendaki mengenai pentingnya memiliki pengetahuan tentang manajemen risiko pendakian.

Fotografer National Geographic Indonesia, Yunaidi, membagikan pengalamannya lolos dari maut saat terjebak badai dan petir dalam pendakian menuju puncak Gunung Kerinci tahun 2012 silam. Ia mengisahkan, saat itu awalnya cuaca cerah, namun berubah drastis saat beranjak siang. Langit tiba-tiba mendung, kemudian hujan deras dan banyak petir. Ia menyaksikan sendiri bagaimana ganasnya petir menyambar pohon yang berjarak hanya beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Baca juga: Kang Ogun, Penyintas Kanker yang Berjuang Menggapai Puncak Everest

“Hujan di ketinggian disertai badai dan petir itu petaka bagi pendaki,” ungkapnya.

Untuk menghindari terjebak dalam badai dan petir di gunung, Yunaidi menyarankan kepada para pendaki agar memanfaatkan teknologi sebaik mungkin untuk mengetahui prakiraan cuaca saat mendaki.

Akan tetapi, prakiraan cuaca bisa saja meleset. Jika terlanjur terjebak badai dan petir saat mendaki, sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melindungi diri. Menghindari petir di gunung, kata Yunaidi, pada dasarnya sama dengan di dataran rendah. “Hindari berteduh di pohon-pohon yang terlalu tinggi, struktur dari besi seperti tower, dan medan terbuka,” ujarnya.

Baca juga: Gemar Mendaki Gunung? Kenali Gejala Acute Mountain Sickness

Saran yang disampaikan oleh Yunaidi, sama dengan panduan yang dikeluarkan oleh lembaga cuaca Amerika Serikat atau National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Jika saat petir terjadi Anda berada di hutan, lebih baik berlindung di dekat pohon yang lebih rendah.

Jika berkemah di medan terbuka—seperti Gunung Prau, para pendaki disarankan menghindari puncak bukit dan berlindung di ceruk, lembah, ngarai, atau area yang lebih rendah lainnya.

“Jauhi pula air, dan benda-benda yang terbuat dari logam seperti pagar dan tiang. Air dan logam merupakan konduktor listrik yang baik,” demikian tertulis dalam website resmi NOAA.

Menghindari petir dengan berbaring serapat mungkin dengan tanah, mungkin selama ini dianggap tindakan terbaik. Namun NOAA membantah hal ini dan menegaskan bahwa tips itu ketinggalan zaman.

Baca juga: Mengenang Junko Tabei, Perempuan Pertama yang Berhasil Mencapai Puncak Everest

“Ketika petir menghantam Bumi, itu bisa merambat di tanah. Petir bisa berakibat fatal hingga jarak 30 meter dari titik sambaran,” tulis NOAA.

Perlu ditegaskan, cara-cara diatas tidak menjamin Anda tidak tersambar petir, namun setidaknya bisa meminimalisasi risiko. Yunaidi mengatakan, pada akhirnya, yang paling penting adalah melakukan persiapan matang sebelum mendaki. Mulai dari fisik, logistik, peralatan, hingga pengetahuan dasar survival.

“Sebab, kesuksesan pendakian gunung bukanlah ketika kita mencapai puncak, melainkan ketika pulang dengan selamat,” pungkas Yunaidi.