Katak telah hidup di Bumi selama 190 juta tahun, dan selama itu pula, amfibi ini telah berhasil mengetahui bagaimana cara beradaptasi terhadap berbagai iklim. Di mana ada air, di situ ada katak. Ada sekitar 4.740 spesies teridentifikasi yang hidup di setiap benua kecuali Antartika.
Katak semak La Hotte (Eleutherodactylus bakeri) berpose di Kebun Binatang Philadelphia. Berasal dari Haiti, amfibi ini kehilangan habitatnya karena laju deforestasi yang tak terkendali. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Sepasang katak panah biru beracun (Dendrobates azureus) difoto di Reptile Gardens. Hewan ini menyemburkan racun dari kulit dan dapat berakibat fatal bagi predatornya. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Ranitomeya imitator atau mimic posion frog membawa seekor berudu di punggungnya, sebagai bagian dari ritual reproduksi spesies Amazon yang menakjubkan ini. Setelah berudu menetas, katak jantan akan menjejalkan mereka ke bromeliad yang berisi air. Di situlah, berudu-berudu tinggal dan berkembang menjadi katak. Kedua orang tua kembali ke sarang ini secara teratur, sehingga katak betina bisa memberi makan berudu yang sedang tumbuh dengan telur-telur. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Beberapa katak memiliki kemampuan bertahan hidup yang luar biasa. Misalnya katak kayu yang tinggal di Lingkar Arktik, dapat bertahan hidup dalam keadaan beku. Jantung dan paru-paru mereka berhenti berfungsi hingga seminggu, hingga mereka mencair dan kembali normal.
Katak Burgett's di Kebun Binatang Atlanta. Dikenal juga dengan sebutan katak kudanil, spesies tersebut kini populer sebagai hewan peliharaan. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Katak daun bertanduk malaysia (Megophrys nasuta) difoto di sebuah studio di Knoxville, Tunisia. Katak ini menyerupai daun besar untuk berbaur dengan lingkungannya. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
True Tomato Frog merupakan spesies yang populer dalam dunia perdagangan hewan peliharaan. Regulasi yang membatasi perdagangan katak tomat liar telah membantu meningkatkan populasi, namun polusi air masih menjadi masalah utama yang mencancam kelestarian spesies ini. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Meski demikian, katak juga rentan terhadap perubahan lingkungan mereka. Itu karena, ketika tubuhnya terendam air, hewan ini bernafas melalui kulit tipis berpori, yang membuat mereka rentan terhadap perubahan suhu dan polusi air.
Katak beracun harlequin memiliki variasi warna yang beragam tergantung tempat hidupnya. Foto di atas merupakan katak beracun harlequin dari Kolombia yang berada di Kebun Binatang Cali. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Ranitomeya variabilis atau dikenal juga sebagai splash-back poison frog merupakan salah satu spesies kecil dari katak panah beracun yang tinggal di area atas Sungai Huallaga di Peru. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Katak emas panama merupakan hewan nasional Panama. Katak ini dinyatakan punah di alam liar. Tetapi banyak kebun binatang dan pusat penangkaran berupaya meningkatkan populasi di penangkaran dengan harapan dapat melepaskan kembali amfibi ini ke alam liar. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Sekitar 200 spesies katak telah punah sejak tahun 1970-an, termasuk Rabbs' fringe-limbed tree frog (Ecnomiohyla rabborum) pada tahun lalu. Kepunahan cepat ini antara lain disebabkan oleh hilangnya habitat, polusi air, dan ledakan populasi jamur beracun.
Katak beracun biru langit yang hanya ditemukan di Peru ini dinyatakan terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Habitatnya menyusut karena pembangunan, dan spesies tersebut kini hidup di area yang kurang dari 2.000 meter persegi. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Spotted Tree frog tersebar luas di Asia Tenggara. Namun, populasinya menyusut karena deforestasi ekstrem. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Katak daun lemur yang berasal dari Panama dan Kosta Rika ini telah mengalami penyusutan hingga 80 persen dalam dekade terakhir karena ledakan populasi jamur beracun. Kini IUCN menyatakan spesies ini dalam status konservasi kritis. (Joel Sartore/National Geographic Photo Ark)
Para ilmuwan memprediksi bahwa akan lebih banyak spesies katak yang punah pada dekade mendatang. Karena itulah, penting bagi kita untuk terus menjaga agar amfibi ini lestari, salah satunya dengan cara mengedukasi anak-anak tentang pentingnya katak dan menciptakan habitat yang lebih ramah terhadap hewan istimewa ini.