Konvensi dan Pameran IPA ke-41 tahun 2017 secara resmi dibuka hari ini oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, didampingi oleh Dirjen Migas, I Gusti Nyoman Wiratmaja, Kepala SKK Migas Amin Sunaryadi dan Presiden IPA Christina Verchere.
Konvensi dan pameran yang tahun ini mengambil tema “Accelerating Reform to Re-Attract Investment to Meet the Economic Growth Target” menggarisbawahi kebutuhan Indonesia akan investasi yang sangat besar untuk melakukan kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan sumber migas baru yang kebanyakan terletak di laut dalam di sebelah timur Indonesia. Upaya lain yang dilakukan adalah penerapan Enhanced Oil recovery (EOR) untuk dapat memaksimalkan nilai keekonomian hidrokarbon yang saat ini diproduksi, di tengah kondisi ekonomi global serta regulasi yang penuh tantangan.
Dalam pidato pembukaannya Christina Verchere kembali menekankan kontribusi signifikan dari industri hulu migas di samping memproduksi energi dan menghasilkan pendapatan bagi negara, “Industri migas dikombinasikan dengan berbagai sektor pendukungnya memiliki efek berganda yang sangat besar bagi ekonomi Indonesia. Karena itu membuat Indonesia menjadi kompetitif dan atraktif bagi investasi harus menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia.”
Ignasius Jonan, Menteri ESDM berbicara mengenai berkurangnya dana investasi global yang dikarenakan oleh jatuhnya harga minyak dalam 3 tahun terakhir. Perusahaan minyak didorong untuk menjadi lebih kompetitif dan efisien untuk menghadapi situasi bisnis tersebut.
“Tantangan dari industri ini bukan saja biaya operasional. Kita masih harus menghadapi tantangan rendahnya harga minyak global. Industri ini merupakan pendorong utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia dan karenanya Pemerintah terus berusaha untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kemudahan proses bisnis di Indonesia. Deregulasi dengan cara mengurangi jumlah perijinan serta reformasi birokrasi dilakukan demi untuk mendorong investasi di Indonesia,“ ujar Jonan.
Meskipun kontribusi sektor migas ke kas negara menurun namun tidak dapat dipungkiri bahwa kontribusi industri ini merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi dan menjadi katalisator perkembangan daerah melalui efek bergandanya.
Sayangnya dampak ekonomi tersebut terhalang oleh beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri hulu migas Indonesia, antara lain ketidakpastian hukum, aturan fiskal yang tidak kompetitif, reformasi regulasi (revisi dari Peraturan Pemerintah No.79/2010 dan keekonomian skema gross split), dan biaya investasi yang diakibatkan oleh turunnya produksi minyak, rasio penggantian sumber migas yang rendah, investasi yang lambat dalam infrastruktur gas serta rendahnya minat dalam blok baru yang ditawarkan pemerintah Indonesia.
“Investasi untuk melakukan kegiatan eksplorasi sumber migas baru sangat penting dilakukan demi mencapai ketahanan energi Indonesia di masa mendatang, “ ujar Christina. “Hal ini sangat mendesak untuk dilakukan karena Indonesia harus bersaing secara global untuk mendapatkan investasi. Bila Indonesia ingin menarik perhatian perusahaan-perusahaan migas yang kompetitif maka Indonesia harus dapat menawarkan imbal balik yang juga kompetitif.”
“IPA bekerjasama dengan pemerintah akan terus meningkatkan efisiensi industri serta menetapkan prioritas yang dibutuhkan untuk reformasi demi untuk memberikan nilai dan hasil terbaik bagi rakyat Indonesia. Bersama pemerintah, kami akan terus bekerja untuk menarik kembali investasi ke Indonesia demi mencapai target pertumbuhan ekonomi, “ jelas Christina lebih lanjut.
Konvensi dan Pameran IPA yang merupakan ajang konvensi dan pameran terbesar di wilayah ini, menjadi ajang berkumpul bagi seluruh pemangku kepentingan industri migas di Indonesia, termasuk diantaranya pembuat kebijakan, pemerintah terkait, investor serta para pemain di sektor penunjang industri migas Indonesia, untuk menarik lebih banyak lagi investasi ke Indonesia.
Tahun ini, IPA dengan bangga memperkenalkan Business Case Competition ke dalam rangkaian programnya. Industri tengah menghadapi tantangan teknis dan non-teknis yang semakin banyak, karenanya lebih dari 200 kalangan muda Indonesia ikut ambil bagian untuk menguji kemampuan bisnis mereka untuk memecahkan satu set permasalahan komersil, politik dan sosial yang diberikan.
IPA Convex juga mengadakan sesi transfer pengetahuan dimana ratusan kalangan muda Indonesia berpartisipasi dalam beragam technical session. Lebih dari 119 karya ilmiah dan 66 poster yang menuliskan mengenai pencapaian dan temuan baru dalam industri ini akan dipresentasikan dalam technical session dan poster session. Selama bertahun-tahun IPA Convex telah mengumpulkan lebih dari 3.400 karya tulis teknis berkualitas internasional dimana para ahli dari seluruh dunia berbagi praktik-praktik terbaik mereka dalam kegiatan eksplorasi dan produksi.
Convex yang diikuti lebih dari 1500 peserta dan 113 perusahaan peserta pameran di lahan seluas 3000 meter persegi di Jakarta Convention Center memamerkan teknologi, inovasi dan solusi terkini dari seluruh dunia. Convex ini juga menjadi ajang yang dipilih bagi para pelaku industri untuk saling mengenal dan berinteraksi.