Mencuri Ketenteraman di Bintan

By , Senin, 22 Mei 2017 | 11:00 WIB

Saya tiba dari Jakarta ke Tanjung Pinang, ibukota Kepulauan Riau, sendirian. Tujuan saya adalah Lagoi, kawasan resort yang berada di utara Pulau Bintan. Sesampainya di sana, saya disambut Selena Oh, PR consultant dari Bintan Lagoon Resort (BLR) tempat saya menginap.

“Sudah makan?” tanya Selena. Ia mengajak saya ke The Terrace, bar yang dimiliki BLR. Saat itu adalah hari kerja, bukan pula musim liburan, tidak banyak pengunjung di sana. Kami memesan Nachos, yang menemani perbincangan kami tentang Bintan. Ini adalah kali pertama saya di Bintan.

“Tidak banyak turis domestik yang mengetahui destinasi wisata di Bintan. Kebanyakan pengunjung di sini dari Singapura.” Pulau ini memang berdekatan dengan Singapura. BLR sendiri memiliki terminal feri yang langsung terhubung dengan terminal feri Tanah Merah di Singapura. Feri berangkat dari Singapura dua kali setiap harinya, pada pukul 9 pagi dan 4 sore. “Mereka biasanya bermain golf di akhir pekan, atau sekadar bersepeda di sini,” kata Selena.

Rekreasi dan aktivitas

Perbincangan itu berlanjut esok harinya, dimana saya diajak berkeliling kawasan resort. BLR memiliki dua lapangan golf standar internasional. Jack Nicklaus dan Ian Baker Finch Golf Course. Lapangan Jack Nicklaus bersinggungan langsung dengan laut. Menyenangkan bukan, bermain golf dengan pemandangan laut? Tidak semua lapangan golf dirancang seindah ini. Pun begitu dengan lapangan yang dirancang Ian Baker Finch. Tempat ini menawarkan pemandangan hutan dengan tipe medan yang berbukit-bukit, lebih sulit dibandingkan Jack Nicklaus.

Selepas bermain golf, tamu bahkan bisa langsung makan siang di Haskell’s. Restoran ini menghadap langsung ke lapangan golf dan menyediakan menu Asia hingga Barat. “Anda tahu, Singapura tidak seluas ini, dan bermain golf di sana sangatlah mahal,” kata Selena. Hanya resort ini di kawasan lagoi yang memiliki dua lapangan golf, tidak heran turis mancanegara banyak yang bermain golf di sini bersama teman-temannya di akhir pekan untuk melepas penat.

Lapangan golf Ian Baker Finch, satu dari dua lapangan golf yang dimiliki Bintan Lagoon. (Bintan Lagoon Resort)

Namun bukan berarti Anda yang tidak bermain golf tidak dapat menikmati menginap di resort ini. Ada lebih dari 50 aktivitas yang bisa dilakukan, bahkan bersama keluarga. Ada pusat rekreasi indoor saat cuaca di luar sedang panas-panasnya. Mulai dari pusat bermain anak-anak hingga aktivitas seperti membatik pun diselenggarakan di sini. Saya sendiri mencoba olahraga panah di tanah lapangnya yang indah. Dilanjutkan dengan mengendarai ATV. Rute ATV nya pun cukup menantang bagi yang belum pernah melakukannya, namun cukup memberikan pemandangan yang indah untuk dinikmati. Dimulai dari sepanjang pantai milik BLR, saya berkendara hingga masuk ke dalam hutan. Di salah satu bagian, ada area di mana saya melewati semak belukar dengan pemandangan laut di sisi kanan saya.

Makan-makan di Bintan

Setelah 60 menit menjajal ATV, saya makan malam di Nelayan. Restoran ini langsung menghadap ke laut, menyajikan banyak menu dari Asia hingga Barat. Saya bertemu langsung dengan Chef M. Syahrizal. Ia menyajikan menu Indonesia andalan restoran yang disajikan ala rijsttafel. “Saya suka sekali masakan Indonesia. Selalu membuat saya merasa seperti di rumah,” kata chef asal Malaysia ini. Ia ingin menyajikan masakan Indonesia yang tampak umum dimakan, dengan sajian yang lebih menarik dan citarasa lebih seimbang.

Menu full course ini dibuka dengan camilan dari tepung dan sayuran yang digoreng. Dilanjutkan dengan gado-gado. Tentunya, sebagai makanan pembuka, porsinya tidak sebanyak biasanya. Diteruskan dengan soto ayam, rasanya sangat gurih tanpa terasa-terlalu-berminyak. Masuk ke menu utama, suguhan semakin terasa mewah. Disajikan nasi putih dan nasi kuning, ditemani banyak makanan pendamping, termasuk ikan bumbu merah, cumi isi campuran seafood, tongseng kambing, udang, dan gurame goreng. “Gurame ini diambil langsung dari kolam ikan kami,” jelas chef Rizal. Semua hidangan ini ditutup dengan pisang goreng. Ya, terdengar sederhana, tapi ini adalah pisang goreng terenak yang pernah saya makan. Pisang goreng ini disajikan dengan es krim vanilla dan gula merah cair yang bisa ditambahkan sesuka hati. “Hidangan penutup kami pada rijstaffle sebelumnya, dadar gulung, begitu disukai pengunjung. Hingga kami akhirnya memutuskan untuk tetap menyajikannya ala carte,” tambahnya.

Menu andalan Restoran Nelayan yang menghidangkan masakan Indonesia ala risjtaffel. Terdiri atas makanan pembuka, sup, makanan utama, dan penutup. Masakan dihidangkan dengan tandu, terinspirasi dari kebiasaan bangsawan-bangsawan Melayu zaman dulu. (Amali Nanda)

Kuliner di BLR tidak ada habisnya. Masih dalam resort ini, ada pula Chop-Chop. Restoran yang berfokus pada masakan Asia. Saya juga berbincang langsung dengan Chef Adli Nizam, yang menangani seluruh restoran di resort ini, termasuk Fiesta dan Mangia yang juga menjadi tempat sarapan. Untuk penyuka masakan Jepang, ada restoran Miyako, dan ada pula kafe Mojo di dekat lobi untuk Anda yang ingin minum sambil bersantai.

Tempat menenangkan pikiran

Suasana tenang di resort membuat saya nyaman. Saya bersantai di salah satu hammock di lobi resort yang luas. Mengarahkan pandangan ke lautan untuk menenangkan pikiran dari beberapa pekerjaan yang menumpuk. Ada area hijau yang luas sebelum mencapai pantai, resort ini menyebutnya west lawn. Dengan banyak tempat duduk di sebanyak jalan setapak dan bukit buatan yang disediakan untuk melihat laut dari atas. Pada sore hari, saya menuju ke atas bukit tersebut dan duduk berdiam. Seperti yang Moana nyanyikan, untuk melihat garis langit dan laut bertemu. Mengedarkan pandangan ke belakang, mata saya disapu hijau, bagian dari west lawn dan sebagian lapangan golf Jack Nicklaus. Sebagian orang mungkin menganggapnya biasa, tapi waktu untuk sendiri dengan suasana menenangkan ini sangat berharga bagi mereka yang dihantui kesibukan.

Area barat resort Bintan Lagoon Resort yang menghadap ke arah laut. Salah satu spot favorit untuk bersantai mendengar deru ombak. (Bintan Lagoon Resort)

Saya menyisir pantai selepas turun dari bukit kecil tersebut. Pantai ini memiliki karakteristik pasir putih dengan bebatuan putih pula. Hempasan ombak menghiasi bebatuan. Suara laut ini bahkan terdengar dari kamar yang saya inapi, yang menghadap ke laut. Terlihat beberapa wisatawan bermain di pantai. Ada pula yang berjalan di setapak west lawn. Mereka lah orang-orang yang mungkin juga sedang melarikan diri dari kesibukan, mencari ketenangan dan waktu berkualitas di sini.

Dan bukan hanya dalam Bintan Lagoon, saya juga diajak oleh IndoBintan untuk melakukan tur mangrove. Pada siang hari, kami menyusuri sungai ini dan makan siang di Kelong Restaurant. Kelong aslinya adalah sebutan untuk perangkap udang atau ikan yang terapung di laut. Nama ini dijadikan nama restoran makanan laut, yang dapat dicapai dengan perahu kecil. Pada malam hari, sungai dengan tepian mangrove ini menjadi kawasan jelajah untuk Fireflies Tour. Kami menyusuri sungai dalam durasi waktu sekitar 50 menit untuk melihat banyak kunang-kunang berkelip di antara dedaunan. “Lihat, jadi seperti pohon natal,” kata pemandu tur.

Laut, pantai, pemandangan hijau, kuliner dan aktivitas menarik, hingga melihat kunang-kunang. Pengalaman komplet ini lah yang ditawarkan oleh Bintan. Tidak ada salahnya untuk kembali ke sini, mencuri waktu tenang untuk sendiri atau bersama keluarga.