Akibat Perubahan Iklim, Antartika Kembali Hijau Seperti Zaman Purba

By , Rabu, 24 Mei 2017 | 13:00 WIB

Antartika dikenal dengan benua terbesar kelima yang hampir seluruhnya ditutupi es. Namun, kini deskiripsi tersebut tinggal mitos.

Para peneliti di Antartika menemukan onggokan lumut yang tumbuh dengan cepat di semenanjung utara Antartika. Hal ini menjadi bukti mencolok adanya perubahan iklim di bagian paling dingin planet ini.

Di tengah pemanasan global selama 50 tahun terakhir, dua spesies lumut yang berbeda tumbuh semakin cepat. Dulu, salah satu lumut tersebut tumbuh dengan kecepatan kurang dari 3 milimeter per tahun, tetapi kini tumbuh lebih dari 3 milimeter per tahun.

Baca juga: Handfish, Ikan 'Bertangan' Langka Ditemukan di Tasmania

"Orang-orang berpikir bahwa Antartika adalah tempat yang diselimuti es, tapi temuan kita menunjukkan bahwa bagian itu telah menjadi hijau dan akan semakin hijau," kata Matthew Amesbury, peneliti Universitas Exeter, Inggris dan penulis utama dari studi ini.

Dia melanjutkan, ekosistem yang relatif terpencil ini, yang mungkin dianggap tidak tersentuh oleh manusia, menunjukkan dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Penemuan yang dipublikasikan di Current Biology ini juga menunjukkan bahwa walaupun pada saat ini tumbuhan hanya melingkupi kurang dari satu persen wilayah Antartika, tetapi lumut sudah mulai tumbuh di beberapa bagian benua tersebut yang mencair karena datangnya musim panas.

Ketika musim panas tiba, lumut membuat lapisan tipis yang kemudian membeku selama musim dingin. Lalu, ketika musim panas kembali, lumut membuat lapisan baru di atas lapisan yang lama dan perlahan-lahan, lumut tua turun ke bawah tanah yang beku. Di sini, lumut terpelihara dengan baik dan menjadi catatan perubahan.

Baca juga: Sampah Plastik Tingkatkan Risiko Penyakit Pada Terumbu Karang

Berdasarkan sampel tanah dari area 640 kilometer di bagian utara Antartika, Amesbury dan koleganya menemukan perubahan dramatis pada pola pertumbuhan sejak 150 tahun yang lalu.

Semenanjung Antartika telah menjadi tempat pemanasan yang cepat, dengan beberapa hari dalam setahun yang temperaturnya berada di atas titik beku. Konsekuensinya, terjadi kenaikan pertumbuhan lumut sebanyak empat hingga lima kali lipat.

Foto yang diambil para peneliti selama menjalani tugasnya juga menunjukkan lanskap hijau yang mencolok.