Selama ini, fokus penelitian terhadap penyimpanan energi hanya berfokus pada senyawa yang berbasis karbon, seperti grafena.
Namun, seorang ahli kimia dari Universitas Qingdao, China, Yang Dongjiang, mengusulkan sebuah ide baru yaitu menggunakan kekuatan rumput laut untuk meningkatkan kemampuan baterai masa depan.
Menurut Yang, struktur alga laut dapat dikombinasikan dengan logam untuk menghasilkan material baterai yang lebih baik, dan dapat diproduksi terus menerus.
"Kami ingin memproduksi material berbasis karbon melalui jalur 'hijau' yang sebenarnya. Karena rumput laut dapat diperbaharui, kami memilih ekstraknya sebagai prekursor dan contoh untuk mensintesis karbon berpori hirarkis," ujarnya.
Yang bekerja dengan sebuah tim yang ditarik dari Qingdao, dari pekerjaan lamanya di Universitas Griffith, Australia, dan Laboratorium Nasional Los Alamos di New Mexico.
Mereka memproduksi nanofiber kobalt-alginat dengan struktur yang tahan lama serupa kotak telur. Fiber tersebut dapat digunakan untuk mendorong kinerja baterai dan kapasitor, perangkat elektrik yang dapat menyimpan dan melepaskan tenaga dalam banyak perangkat elektrik.
Walaupun telah dipublikasikan di jurnal ACN pada tahun 2015, penemuan Yang dan timnya dipresentasikan dalam pertemuan Perhimpunan Kimiawi America di San Francisco pada minggu lalu.
Sebenarnya, ini bukan kali pertama para peneliti menggunakan rumput laut untuk membuat baterai yang lebih baik. Namun, Yang bersama timnya berkata bahwa mereka telah mampu menambah jumlah tenaga yang tersimpan dalam masing-masing gram baterai lithium-ionnya secara signifikan dengan menggunakan bahan yang mereka produksi.
Yang dan timnya mengklaim, jika diproduksi dengan kualitas yang cukup tinggi, baterai ini berpotensi mampu melipatgandakan rentang waktu penggunaan mobil listrik.
Akan tetapi, penemuan ini masih jauh untuk dipasarkan. Yang berkata bahwa lebih dari 20.000 ton rumput laut perlu dipanen setiap tahunnya untuk memproduksi bahan yang diperlukan dalam skala industri.