Kisah Wildebeest yang Berkorban untuk Hidupkan Afrika

By , Rabu, 5 Juli 2017 | 16:00 WIB

Setiap tahun, sekitar 1,2 juta wildebeest atau gnus (Connochaetes taurinus) bermigrasi dari dataran kering menuju savana subur untuk mencari makanan dan air.

Para wildebeest ini harus menyeberang Sungai Mara yang berada di bagian timur Afrika dalam perjalanan migrasi yang biasanya terjadi pada awal Juni sampai akhir Juli tersebut. Sebagian besar dari mereka sukses menyeberang, tetapi sayangnya sekitar 6.250 wildebeest gagal dan mati tenggelam di sungai itu.

Namun, kematian mereka tidaklah sia-sia. Penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences mengungkapkan bahwa bangkai-bangkai wildebeest ini memberikan kontribusi terhadap rantai makanan di Serengeti.

Menurut penelitian yang dipimpin oleh ahli ekologi Amanda Subalusky dari Cary Institute of Ecosystem Studies di Millbrook, New York, ini, ribuan wildebeest yang tenggelam memberikan dampak yang luar biasa bagi ekosistem di sekitarnya.

Menyumbangkan sekitar 1.100 ton biomassa, bangkai wildebeest menjadi sumber nutrisi jangka pendek dan jangka panjang yang cukup lama di sungai Mara.

"Itu setara dengan menambahkan 10 bangkai ikan paus biru berukuran sedang ke dalam sungai setiap tahun. Subsidi ini memberikan nitrogen, fosfor, dan karbon ke sungai," jelas Emma Rosi, ahli ekologi perairan di Cary Institute of Ecosystem Studies.

Untuk melacak kontribusi nutrisi wildebeest ke dalam rantai makanan, tim peneliti menggunakan kamera untuk melacak burung pemakan bangkai dan menggunakan metode pelacakan nutrisi ekosistem perairan, yaitu analisa isotop stabil.

Hasilnya, diketahui sekitar dua persen bangkai dimakan oleh buaya. Sementara itu, sembilan persen bangkai yang ada di darat dimakan oleh beberapa spesies burung pemakan bangkai.

Namun, pemakan terbesar bangkai wildebeest adalah berbagai jenis ikan di sungai. Jaringan lunak wildebeest memakan waktu antara dua hingga10 minggu untuk membusuk. Itu artinya bangkai wildebeest menyediakan sebanyak 50 persen makanan yang mendukung populasi ikan di sungai Mara. Selain itu belatung, makanan favorit musang berkembang di tubuh wildebeest.

Setelah dagingnya habis, tulang wildebeest yang tersisa membutuhkan waktu lebih dari tujuh tahun untuk membusuk dan memberikan fosfor yang sangat dibutuhkan untuk mendukung kehidupan serangga dan ikan di sungai.

"Bangkai memberikan nutrisi bagi ekosistem perairan. Namun begitu bangkai hilang, sisa-sisanya pun masih terus bermanfaat bagi sungai," tambah Emma Rosi.

Nutrisi juga tetap menyebar di sekitar wilayah sungai karena terbawa hingga ke hilir atau terbawa oleh predator.

"Frekuensi serta skala peristiwa ini menunjukkan bahwanya tenggelamnya wildebeest secara massal memiliki peran penting bagi ekosistem," imbuh Rosi.