Nimrud, Kota Kuno yang Tertaut Agatha Christie Hingga ISIS

By , Selasa, 11 Juli 2017 | 19:00 WIB

Ketika arkeolog Inggris, Max Mallowan, menyelidiki situs Asiria Baru di Nimrud, Irak Utara, ia mendapatkan bantuan dari seseorang yang mencintai pekerjaan detektif—istrinya, Agatha Christie. Meskipun Christie sibuk berkarir, penulis misteri ini menggunakan waktunya di musim dingin dari tahun 1949 sampai 1957untuk mencatat dan memotret artefak yang digali suaminya.

Kemungkinan dia juga mengambil gambar relief batu dalam warna hitam dan putih. Seni tersebut, yang pernah menghiasi dinding istana, menggambarkan seorang pendeta yang sedang melaksanakan upacara sebelum sebuah motif yang disebut pohon kehidupan. Namun, foto itu mengungkap sesuatu yang aneh, yaitu goresan di sekitar kepala pendeta. Sepertinya, pelakunya adalah penjarah di abad ke-19, atau bisa juga tentara yang menyerbu pada zaman dulu.

Baca juga: UNICEF: Konflik dan Bencana Sebabkan Kaum Muda Buta Huruf

Agatha Christie memotret salah satu dari ribuan ukiran gading halus yang ditemukan di Nimrud. Banyak barang-barang yang awalnya menghiasi perabotan. Sesampainya di kota, barang-barang tersebut menjadi barang rampasan atau upeti dari berbagai kota di dekat pesisir Mediterania. (Arsip Bettmann/Getty Images)

Kota Nimrud, yang dikenal sebagai Calah di dalam Alkitab, menjadi ibukota Kekaisaran Asiria Baru pada 883 SM, dibawah kekuasaan Raja Ashurnasirpal II. Pada akhir abad ke-7 SM, kekaisaran itu runtuh dan sekelompok musuh menjarah kota. Relief pendeta mungkin dirusak dengan sengaja dalam serangan tersebut. “Kami tahu banyak hal yang telah dinodai sebagai bagian dari penjarahan itu,” ujar Mark Altaweel, seorang ahli Mesopotamia di University College London.

Sejarah mengulang sendiri ketika ISIS menguasai Nimrud pada tahun 2014, setelah mengkudeta kota dekat Mosul. Dengan menggunakan beberapa buldoser, palu, dan bom, mereka menghancurkan bangunan yang telah diperbaiki warga Iraq modern. Namun, beberapa diantaranya masih bertahan, seperti bagian relief yang tampak berwarna. Seperti foto yang dipotret Christie, bagian itu telah diperbaiki sebelumnya. Dapatkah situs tersebut dipersatukan kembali?

Baca juga: Ketangguhan Para Penyelam Perempuan di Pulau Jeju

“Sebagian besar situs mungkin retak karena gelombang kejut ledakan,” kata Altaweel. “Itu berarti, situs ini memungkinkan sekali untuk bisa diperbaiki.”