Apa yang Saya Temukan di 'Lubang Biru' Bawah Air

By , Sabtu, 15 Juli 2017 | 11:00 WIB

Para penjelajah berbohong, setidaknya pada diri mereka sendiri–termasuk saya sendiri. Kita merasionalisasi hasrat monomaniak kita dan mengambil risiko dengan kedok menemukan bentuk kehidupan baru, mengenali pengobatan dari alam, mengukur perubahan iklim, atau menguji batas-batas fisiologis.

Yang benar adalah bahwa beberapa cacat genetik mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang membuat kebanyakan orang tidak nyaman. Selama era kolonial, upaya berbasis ego didorong oleh pencarian "emas dan kehormatan". Tetapi penjelajah saat ini semakin termotivasi oleh serangkaian tujuan yang lebih luas, di antaranya ialah konservasi dan pendidikan.

Pada bulan Desember, saya terlibat dalam ekspedisi National Geographic Society yang didukung oleh pemerintah dan organisasi lokal, Bahama. Tujuan kami adalah memetakan salah satu ekosistem unik di dunia: gua bawah air, alias "Lubang Biru." Biogeokimia di Lubang Biru menciptakan titik-titik panas untuk tempat hidup ekstremofil (mikroorganisme yang hidup dalam kondisi ekstrim).

Lubang Biru juga mengandung fosil dari penghuni sebelumnya, dan ciri geologisnya memungkinkan kita untuk merekonstruksi iklim dari ratusan ribu tahun yang lalu. Terlebih lagi, mereka menyimpan sumber daya kita yang paling berharga: air tawar. Sebut saja, toko serba ada untuk ilmu eksplorasi.

Di bawah tanah, kami mengumpulkan penggambaran untuk model virtual reality dari fitur gua, kemudian disurvei menggunakan peralatan canggih. Sementara para penyelam berada di bawah air, anak-anak sekolah mengikuti mereka dengan radiolocator, ikut merangkak melalui gua virtual yang dibangun, "menjelajah" ke dalam air dengan headset VR, memegang fosil dan makhluk hidup, serta mencicipi tanaman obat.

Kebanyakan ekspedisi, tujuannya adalah melangkah lebih jauh atau lebih dalam. Tetapi bekerja dengan anak-anak ini–dan berbagi petualangan lingkungan hidup yang akan mereka kelola–adalah pencapaian eksplorasi yang paling berkesan bagi kebanyakan kita. Dengan menerapkan teknologi baru dan memberdayakan penduduk setempat, kita dapat menemukan lebih banyak tentang dunia kita sendiri, dan diri kita sendiri.