Belajar Membuat Turbin dan Pesawat yang "Tenang" dari Sayap Burung Hantu

By , Selasa, 18 Juli 2017 | 12:00 WIB

Burung hantu terkenal dengan seni penerbangannya yang mampu meluncur turun menghampiri mangsa tanpa menimbulkan suara apapun.

Kini, para ilmuwan sedang berusaha untuk mengikuti teknik penerbangan burung hantu itu dengan menerapkannya pada turbin angin dan pesawat terbang.

Teknik terbang yang handal tersebut tak lepas kaitannya dari tepi bagian depan sayap burung hantu yang bergerigi. Gerigi-gerigi ini bisa membantu menahan kebisingan udara yang mengalir melewati logam.

Para ilmuwan pun telah menemukan model komputer dan eksperimen terowongan angin yang mampu membuktikannya.

Artikel terkait: Ingin Kurangi Suara Bising Pesawat, Ilmuwan Teliti Bulu Sayap Burung Hantu

Tim dari Universitas Chiba di Jepang menemukan bahwa gerigi di tepi depan sayap burung hantu mengendalikan transisi antara aliran udara yang bergejolak dan arus yang efisien. Prinsip ini ternyata dapat diterapkan pada mesin kita sendiri.

“Burung hantu dikenal sebagai penerbang diam karena fitur sayap mereka yang unik, yang ditandai oleh gerigi di tepi depannya, pinggiran tepi yang runcing, dan permukaannya yang seperti beludru”, ujar pemimpin peneliti, Hao Liu.

"Kami ingin memahami bagaimana fitur ini mempengaruhi produksi dan pengurangan kebisingan aerodinamika, dan apakah bisa diterapkan di tempat lain,” imbuhnya.

Baca juga: Hantu di Langit Selatan

Para peneliti mengumpulkan model sayap yang terinspirasi dari model sayap burung hantu, dengan atau tanpa gerigi. Sebelumnya, para peneliti telah menemukan adanya gerigi tersebut pada sayap burung hantu. Namun, mereka masih belum tahu apa efek dari gerigi itu.

Model-model ini kemudian diuji dalam simulasi pusaran arus besar—model matematika standar yang digunakan oleh para ilmuwan untuk mempelajari aliran udara—dan dalam terowongan angin berkecepatan rendah menggunakan velosimetri gambar partikel (PIV)—alat eksperimental pada mekanik fluida dan aerodinamika—dan lain-lain.

Ternyata, gerigi tersebut dapat secara pasif mengontrol transisi antara aliran udara berlapis dan aliran udara turbulen yang melintasi permukaan atas sayap.

Dengan sudut antara 0 dan 20 derajat, gerigi-gerigi tersebut mampu mengelola gaya aerodinamika dan menjadikan suara berfrekuensi tinggi di sekitar sayap lebih kecil dan tenang.

(Artikel terkait: Mengungkap Perubahan Manusia lewat Muntahan Burung Hantu)

Menurut para ilmuwan, pada sudut kurang dari 15 derajat, gerigi-gerigi itu mengurangi kinerja aerodinamis. Namun, ketika berjalan di atas 15 derajat—seperti saat burung hantu terbang—kinerja aerodinamis dan pengurangan kebisingan akan meningkat.

Untuk sementara ini, Liu mengatakan bahwa timnya belum mampu untuk menerapkan temuan tersebut ke dalam kinerja turbin, pesawat terbang, dan mesin udara lainnya. Namun, temuan yang telah dipublikasikan di jurnal Bioinspiration & Biomimetics ini bisa menjadi dasar bagi temuan lain.

“Jika diterapkan pada bilah turbin angin atau sayap pesawat terbang, kinerja gerigi di tepi depan sayap burung hantu ini dapat memberikan desain biomimetik yang berguna untuk pengendalian arus dan pengurangan kebisingan,” tutur Liu.

Liu menambahkan, tampaknya metode ini akan menjadi penemuan yang disambut dengan baik di dunia penerbangan.