Mausoleum Khoja Ahmad Yasawi, Penghormatan Sang Penakluk Kepada Sang Pujangga Kazakstan

By , Rabu, 19 Juli 2017 | 21:00 WIB

Ahmad yasawi merupakan seorang pujangga muslim yang sohor karena mengajarkan sufisme di kawasan Asia Tengah. Nama belakang “Yassawi”—yang artinya "dari Yassawi"—mengingatkan orang tentang toponimi kuno Kota Turkistan, Yassy.   

Ia lahir di sayram, lalu mempelajari agama Islam dan menjadi guru tarekat Naqsyabandiyah di Bukhara. Selepas itu barulah sang pujangga pindah ke Kota Turkistan. Di kota itu pula ia wafat pada 1166 dalam usia 73 tahun. 

Sekitar dua abad kemudian, Timur I Leng—penakluk Asia Tengah—membangun mausoleum di makam Ahmad Yasawi. Namun, pembangunan yang berawal pada 1389 itu tak pernah usai karena Timur I Leng wafat pada 1405.  

Arsitek Persia mendesain mausoleum ini dengan gaya dan struktur yang khas  dalam tata ruang, kubah, dan dekorasi. Bangunan ini memiliki 35 ruangan, berfungsi sebagai mausoleum dan masjid. Terdapat fragmen lukisan dinding di masjid, langit-langit bergaya muqarnas, dan ukiran kaligrafi Kufic dan Suls. Aula utamanya berada di bawah naungan kubah kerucut, yang menjadi kubah terbesar di Asia Tengah. Kelak dasar arsitektur ini menginspirasi pembangunan Samarkand, ibu kota Kekaisaran Timuriyah.

Mausoleum ini berada di dalam bekas benteng kota kuno Yassy. Sejak 2003, UNESCO mengakuinya sebagai salah satu situs warisan dunia di Kazakstan.