Konsumsi Gula dalam Kadar Tinggi Tingkatkan Risiko Gangguan Mental Pada Pria

By , Jumat, 18 Agustus 2017 | 14:00 WIB

Pria yang mengonsumsi lebih banyak gula  tambahan dalam minuman, kue, dan permen, berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, demikian menurut studi terbaru.

Dalam studi tersebut, para peneliti dari University College London (UCL) mempelajari catatan diet dan kesehatan dari 5.000 pria dan 2.000 wanita selama rentang waktu 22 tahun.

Mereka menemukan hubungan kuat antara mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi dan depresi pada pria. Pria yang mengonsumsi 67 gram gula per hari mengalami peningkatan risiko terkena gangguan kesehatan mental umum sebesar 23 persen setelah lima tahun, dibandingkan dengan pria yang mengonsumsi kurang dari 39,5 gram gula per hari.

Korelasi ini masih ada bahkan setelah peneliti memperhitungkan variabel seperti perilaku kesehatan, obesitas, sosial-demografis dan faktor terkait diet, serta penyakit lainnya.

Namun para peneliti tidak menemukan hubungan sebab-akibat yang sebaliknya. Dalam konteks ini, pria tidak mengonsumsi lebih banyak gula tambahan saat mereka depresi.

"Konsumsi tinggi gula berpengaruh banyak pada kesehatan kita. Studi kami menunjukkan bahwa ada juga hubungan antara gula dan gangguan kesehatan mental, terutama pada pria," kata penulis utama studi, Anika Knuppel dari Institute of Epidemiology and Health UCL.

Knuppel juga menambahkan, "Ada beberapa faktor yang mempengaruhi risiko gangguan kesehatan mental, namun pola makan tinggi gula bisa menjadi rutinitas remeh tapi berdampak besar."

Menariknya, studi ini tak menemukan kaitan apapun antara peningkatan konsumsi gula dan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental pada wanita.

"Alasannya belum jelas, dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menguji efek depresi dari gula pada sampel populasi yang lebih besar," tambah Knuppel.

Penelitian ini semakin menambah bukti-bukti bahwa mengonsumsi makanan atau minuman dengan kadar gula tambahan yang tinggi tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan fisik, tetapi juga bagi kesehatan mental kita.