Spesies tikus legendaris dengan panjang setengah meter, hidup di pohon, dan bisa memecahkan kelapa dengan giginya akhirnya ditemukan. Tikus yang kini diberi nama ilmiah Uromys vika tersebut ditemukan oleh para peneliti dari Field Museum, Chicago, Amerika Serikat di Kepulauan Solomon.
Selama beberapa dekade, para penduduk lokal telah memberitahu para peneliti mengenai tikus yang mereka sebut “Vika”. Sebuah laporan yang dipublikasikan dalam International Social Science Journal pada 1995, misalnya, menyebutkan bahwa para penduduk di sebuah kepulauan Pasifik mempercayai adanya "tikus yang sangat besar dan memakan kelapa".
Dikutip dari The Independent 27 September 2017, salah satu peneliti yang ikut menemukan U. vika, Dr Tyrone Lavery, mengatakan, ketika aku pertama kali bertemu dengan penduduk Pulau Vangunu di Kepulauan Solomon, mereka memberitahuku tentang sebuah tikus lokal yang disebut ‘Vika’ dan hidup di pohon.
Namun, setelah mencari-cari tanpa hasil, para peneliti mulai meragukan keberadaan U vika. “Kami mulai mempertanyakan bila (Vika) memang spesies berbeda, atau para penduduk hanya menyebut tikus hitam biasa sebagai Vika.
Siapa sangka, seekor U. vika ikut terjatuh dari pohon yang ditebang di Pulau Vangunu pada bulan November 2015 dan membuktikan cerita para penduduk. Tikus malang tersebut langsung mati dan para peneliti mengambil mayatnya untuk diselidiki.
Dr Lavery mengatakan, begitu aku memeriksa spesimen tersebut, aku tahu bahwa itu adalah sesuatu yang berbeda. Hanya ada delapan spesies tikus asli di Kepulauan Solomon, dan melihat bentuk tengkoraknya, aku bisa mengeliminasi beberapa.
Hasil analisis DNA kemudian membuktikan bahwa spesimen yang ditemukan para peneliti adalah spesies baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Penemuan U. vika juga menjadi penemuan tikus asli Solomon pertama dalam 80 tahun terakhir.
U. vika termasuk golongan tikus raksasa. Ia berbobot sekitar 1 kilogram, lima kali lipat dari tikus yang umum ditemukan di Indonesia. Panjangnya dari hidung ke ekor pun mencapai 45 sentimeter.
Dr Lavery berkata bahwa mereka belum pernah melihat U vikamemecah kelapa dengan gigi mereka, tetapi mereka menemukan beberapa kelepa yang menunjukkan lubang gigitan berbentuk melingkar.
Dikarenakan lokasinya yang berada di antara Papua Nugini dan Vanuatu, Kepulauan Solomon menjadi rumah untuk banyak spesies yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Dr Lavery menduga bahwa nenek moyang U. vika kemungkinan datang ke kepulauan tersebut dengan menaiki rakit tanaman. Setelah sampai di sana, mereka kemudian berevolusi menjadi spesies baru yang unik.
Sayangnya, spesies unik yang menjadi legenda rakyat Solomon ini kini terancam akibat ulah manusia. Dr Lavery berkata bahwa habitat U. vika menghilang karena dipotong oleh perusahaan-perusahaan kayu di Kepulauan Solomon.
“Ini sudah mencapai tahap di mana tikus ini tidak akan pernah kita temukan jika kita tidak menemukannya sekarang,” kata Dr Lavery.
Penemuan ini telah dipublikasikan dalam Journal of Mammalogy.