Laut yang Menghangat Membuat Nemo Makin Sulit Ditemukan

By , Kamis, 12 Oktober 2017 | 16:00 WIB

Suhu laut yang terus meningkat terkait pemanasan global tidak hanya menyebabkan pemutihan (bleaching) pada terumbu karang, tetapi juga pada anemon laut. Padahal, anemon laut merupakan rumah bagi beragam spesies ikan, termasuk ikan badut atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Nemo".

Saat anemon mengalami pemutihan, Nemo dan teman-temannya menjadi stres dan berhenti bertelur, demikian menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.

 Dalam studi tersebut, para ilmuwan meneliti 30 spesies anemon berbeda di perairan Polinesia pada tahun 2015-2016. Kenaikan suhu laut menyebabkan pemutihan pada hampir separuh dari seluruh anemon tersebut hanya dalam waktu empat bulan. Mereka kemudian membandingkan ikan-ikan penghuni anemon yang mengalami pemutihan dengan ikan yang hidup di kawasan laut sehat terdekat.

Tim menemukan bahwa hewan penghuni anemon yang mengalami pemutihan, mengalami stres kronis. Hal itu ditunjukkan dari tingkat hormon kortisol yang tinggi dalam darah mereka. 

"Hormon reproduksi menurun drastis baik pada ikan jantan maupun betina. Pasangan ikan dari yang berasal dari anemon yang mengalami pemutihan bertelur dan menghasilkan keturunan yang jauh  lebih sedikit," ujar Suzanne Mills, dari Center for Insular Research and Observatory of the Environment.

Ikan badut, masuk dalam subfamili Amphiprioninae dengan 30 spesies yang sudah dikenali. Ikan ini dikenal dengan simbiosis mutualismenya bersama anemon laut. (Thinkstockphoto)

Dengan kata lain, stres terkait pemutihan itu sendiri berpotensi untuk menyebabkan penurunan drastis pada berbagai populasi ikan. 

Lebih parahnya lagi, kenaikan suhu laut tak hanya menyebabkan pemutihan, tetapi juga pengasaman laut. Periset juga menemukan bahwa pengasaman laut atau perubahan pada senyawa kimia di lautan akibat penyerapan karbondioksida berlebih, bisa menjadi sangat mematikan. 

Pengasaman laut menyebabkan kekacauan pada otak ikan remaja, menghambat kemampuan mereka untuk melihat, mendengar, dan mencium. Semua itu menyebabkan kebingungan, sehingga mereka sering kali justru berenang ke arah predator. Akibatnya, mereka mati lebih sering. 

Mills dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa dari 464 spesies ikan pesisir di Polinesia, 56 di antaranya (12 persen), bergantung pada spesies yang rentan terhadap pemutihan dalam hal makanan maupun tempat berlindung dari predator. 

"Jika spesies-spesies ini menderita sedikit saja dampak yang dialami oleh ikan-ikan anemon, maka peristiwa pemutihan singkat bisa menyebabkan penurunan hasil reproduksi pada setidaknya 12 persen spesies. Dampak ekosistem keseluruhan mungkin cukup besar," tulis para peneliti.