Tahun 2009, Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan UNESCO, mengesahkan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia, sejak itu, tanggal 2 Oktober dirayakan sebagai Hari Batik Nasional di Indonesia dan di mancanegara.
Ada yang berbeda di Museum Tekstil George Washington University di Washington DC. Sejumlah orang mengenakan baju batik, hari itu tepat tanggal 2 Oktober, Hari Batik Nasional. Pihak museum bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia menyelenggarakan kuliah umum dan peragaan busana dalam rangka Hari Batik Nasional yang disampaikan oleh desainer Helen Dewi Kirana, pendiri brand batik NES.
Dalam rancangan terbarunya Helen mengangkat motif batik asal Cirebon, piring selampad. Seperti namanya piring selampad adalah motif batik yang terinspirasi dari piring-piring porselen yang terpampang di dinding Astana Gunung Jati, Cirebon. Pada jaman dahulu, ketika banyak pedagang dan kaisar Tiongkok datang ke tanah Cirebon, mereka memberi hadiah piring-piring porselen kepada raja Cirebon.
Selain presentasi tentang batik, Helen juga membawa koleksi terbarunya yang dikenakan sejumlah model dan teman-teman terdekat. Motif piring selampad tampak sangat dominan sebagai koleksi terbaru batik NES yang berdiri sejak tahun 2014. Turut dalam fashion show, aktris Ira Wibowo, yang tampak anggun dengan busana batik modern. Ira juga sangat tertarik dengan motif piring selampad.
"Desainnya sangat spesial, dan (NES) kali ini sedang mempopulerkan motif piring selampad, karena dari sejarahnya juga cukup dalam, bukan hanya sekedar motif batik, namun ada sejarah di baliknya,” ujar aktris yang mendalami dunia sinema sejak tahun 1980an.
Selain motif dan warna-warna batik yang memikat, ada unsur lain yang justru membuat batik itu berbeda menurut Helen.
“Karena ceritanya, orang-orang tertarik karena ada cerita dibalik motif batik, juga tentu motifnya indah dan cara pembuatan yang unik dan complicated, tapi diluar semua itu, tetap cerita yang membuat batik itu spesial,” ujar perancang busana batik yang telah meramaikan dunia mode Indonesia sejak tahun 1986 dengan karya batik orisinil dan inovatif ini.
Batik Indonesia sendiri juga menarik perhatian Museum Tekstil George Washington University. Pihak museum memiliki koleksi batik yang cukup banyak menurut Sumru Belger Krody, Senior Curator Museum Tekstil George Washington University, “misi museum kami adalah memperluas pengetahuan serta menghargai nilai artistik dan pentingnya budaya dalam dunia tekstil,” ujar perwakilan museum tekstil yang telah berdiri sejak tahun 1925.
Acara hari itu juga melibatkan remaja Indonesia Tafarel Hakim Tohir dan Nadja Azzura Tohir yang memperkenalkan upaya mereka “Batik Fashion Week” dengan tujuan mengajak generasi muda melestarikan batik Indonesia.
Sementara, di antara hadirin yang mengikuti kuliah dan presentasi batik ini, ada anak muda Amerika yang juga mengenakan baju batik.
Steven, mahasiswa pasca sarjana George Washington University datang ke acara ini mengenakan baju batik, “Saya dulu pernah tinggal di Bandung selama satu tahun, dan tahun lalu saya juga berkunjung ke Indonesia, banyak batik dan cocok untuk oleh-oleh,” tambah Steven yang tampak aktif dalam sesi tanya jawab dalam kuliah dan presentasi batik tersebut.
Selain peragaan busana batik, Helen juga memberikan tips cara mengenakan kain-kain batik Indonesia. Para hadirin juga berkesempatan mendapatkan hadiah kain batik koleksi NES dalam sesi tanya jawab bersama desainer.