Ganymede, bulan terbesar Jupiter dan di Tata Surya ini pertama kali ditemukan oleh Galileo Galilei pada 7 Januari 1610. (NASA)
"Jelajahilah dataran beku Enceladus, tempat Cassini menemukan air di bawah kerak bulan, yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan," tulis manajer produk Google Street View, Stafford Marquardt, dalam sebuah artikel di blog Google.
"Intip juga di balik awan tebal Titan untuk melihat danau metana. Periksa kawah raksasa Mimas. Meski mungkin terlihat seperti gambar fiksi ilmiah, itu adalah bulan, bukan stasiun antariksa," tambahnya.
Data gambar dikumpulkan bersama dari beberapa misi NASA dan ESA, termasuk Cassini, yang mengumpulkan banyak informasi dan foto Saturnus dan bulan-bulannya. Data Pluto diambil dari New Horizons, jadi banyak yang cukup kabur, tapi detail pada Sleipnir Fossa dan Morgoth Macula cukup mempesona.
Detail gambar Merkurius diperoleh dari data wahana Messenger antara tahun 2011 dan 2015, sementara citra Venus diperoleh berdasarkan data Orion Map Data dan AfriGIS. Beberapa data tersebut kemudian dikompilasi menjadi peta oleh seniman astronomi Björn Jónsson.
Memang belum semua planet di tata surya kita masuk dalam Google Maps. Tetapi kita punya data yang cukup untuk Saturnus dan Jupiter, karena ada wahana antariksa yang meneliti keduanya, yakni Cassini dan Juno. Jadi kedua planet gas raksasa ini kemungkinan akan bergabung dalam Google Maps.
Sayangnya, kita belum memiliki wahana antariksa yang meneliti planet es raksasa di tata surya, Neptunus dan Uranus. NASA berharap, mereka dapat mencapai kedua planet tersebut suatu hari nanti. Mengingat berapa lama perjalanan yang dibutuhkan untuk mencapai kedua planet tersebut, kemungkinan kita belum bisa menjelajahi duo planet es raksasa itu di Google Maps hingga setidaknya satu dekade mendatang.
Anda bisa menjelajahi sebagian objek antariksa di halaman antariksa Google Maps.