Setahun Berduka, Pemakaman Berhiaskan Emas Digelar untuk Raja Thailand

By , Jumat, 27 Oktober 2017 | 18:00 WIB

Setahun sudah suasana duka menyelimuti Thailand. Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand sedang beristirahat dalam upacara kremasi lima hari di Bangkok itu. Raja Bhumibol, pemimpin kesembilan dari dinasti Chakri, meninggal pada tanggal 13 Oktober 2016, di usianya yang ke-88 tahun.

Dia telah memimpin pemerintahan Thailand selama 70 tahun, mengambil alih takhta pada tahun 1946 setelah kakaknya tertembak di kepala. Pada saat kematiannya, ia adalah raja dengan kepemimpinan terlama di dunia.

The Guardian melaporkan bahwa orang-orang Thailand melihat Bhumibol sebagai sosok yang mampu menghadirkan kestabilan dan perdamaian di sebuah negara yang menghadapi kekacauan politik dan beberapa kudeta, seperti pada tahun 2014.

Pelayat berpakaian hitam memadati perempatan bersejarah Bangkok sebelum fajar 26 Oktober, menjelang kremasi Raja Bhumibol yang kematiannya membuat masyarakat Thailand berduka selama setahun. (Ye Aung Thu, Afp, Getty)

Dia juga dipuja sebagai dermawan yang membawa banyak orang Thailand keluar dari kemiskinan. Monarki Thailand dianggap paling kaya di dunia: Pada tahun 2015, Forbes memperkirakan bahwa Bhumibol memiliki harta senilai 30 miliar dolar, di mana sebagian besar merupakan hasil investasi dalam bisnis Thailand.

CNN melaporkan pada Kamis malam, junta—dewan pemerintahan—Thailand menyisihkan lebih dari 70 juta dolar untuk pemakaman Bhumibol, yang justru dikecam oleh beberapa pihak. Pada klimaks upacara tersebut, putra Bhumibol, Raja Maha Vajiralongkorn, diperkirakan akan menyalakan api unggun setinggi 164 kaki yang berisi sisa-sisa ayahnya. Struktur berukir mewakili Gunung Meru, gunung emas di pusat alam semesta Hindu dan Budha.

Dibandingkan raja-raja lainnya, kematian dan pemakaman Raja Bhumibol dianggap sangat memengaruhi masyarakat Thailand. Banyak warga dan pejabat pemerintah dilaporkan mengenakan pakaian hitam selama berbulan-bulan. Menurut The Guardian, pada hari-hari menjelang pemakaman, pemerintah Thailand bahkan memerintahkan saluran TV untuk mengurangi saturasi warna mereka, untuk menciptakan suasana yang lebih serius.

Seorang anak laki-laki muda berpakaian pramuka memegang persembahan untuk pelayat di Wat Saket di Bangkok, Thailand. Ratusan ribu orang yang berkabung berkumpul di Bangkok, setahun setelah kematian Bhumibol pada tanggal 13 Oktober 2016. Upacara kremasi kerajaan diperkirakan akan berlangsung selama lima hari. (Aaron Joel Santos, Getty)

Vajiralongkorn, penerus Bhumibol, belum mampu mendapatkan simpati masyarakat layaknya kepada ayahnya. Namun, dia dan junta militer yang berkuasa—yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2014—memiliki alat hukum untuk mendapatkan dukungan publik. Thailand terkenal dengan hukum "lèse-majesté", bahwa siapapun yang berani mengkritik kejahatan monarki akan dihukum hingga 15 tahun penjara.

Para kritikus menuduh bahwa hukum tersebut telah melumpuhkan ekspresi politik di Thailand. Al Jazeera melaporkan bahwa lebih dari seratus orang telah ditangkap di Thailand dalam beberapa tahun terakhir karena melanggar hukum. Pada bulan Desember 2015, seorang pria ditangkap karena menghina anjing Bhumibol.

Simak halaman selanjutnya untuk menyaksikan rentetan potret mengenai upacara kremasi Raja Bhumibol Thailand.

!break!

Orang-orang melindungi diri dari terik matahari saat mereka mengantre menjelang kremasi Raja Bhumibol Thailand. Kremasi itu diharapkan berlangsung pada tanggal 26 Oktober 2017 pukul 10.00 waktu setempat dalam sebuah krematorium kerajaan mewah yang dibangun untuk menggambarkan Gunung Meru, pusat alam semesta Hindu dan Buddha. (Paula Bronstein, Getty)

Para pelayat Thailand di Bangkok terus menatap layar besar saat upacara keagamaan pada tanggal 26 Oktober 2017, hari kremasi Raja Bhumibol. (Paula Bronstein, Getty)

Polisi Thailand mendapat perhatian saat asap dari tembakan artileri salvo muncul di tempat kremasi Raja Bhumibol. (Roberto Schmidt, Afp, Getty)

Seorang pelayat Thailand memegang potret almarhum raja Thailand Bhumibol Adulyadej di dekat Grand Palace di Bangkok, Thailand. (Anusak Laowilas, Nurphoto, Getty)