Melepasliarkan Owa Jawa, si Primata yang Terancam Punah

By , Jumat, 3 November 2017 | 17:35 WIB

Hari ini, lima individu owa jawa dilepasliarkan menuju hutan lindung Gunung Malabar, Jawa Barat, setelah direhabilitasi selama lima sampai tujuh tahun di Javan Gibbon Center di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hal ini menjadi upaya nyata pada Hari Owa Internasional disaat populasinya di alam saat ini masih terancam karena perburuan dan perdagangan serta habitat mereka di Pulau Jawa yang tersisa tidak lebih dari 5%.

Inisiatif ini dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa yang berdiri sejak tahun 2001, beserta mitra – Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Perhutani, Conservation International Indonesia, Silvery Gibbon Project dan Pertamina EP Subang asset 3 Subang Field.

Pelepasaliaran dilakukan pada dua keluarga yaitu keluarga Wili-Sasa dan anaknya Jatna yang lahir di pusat rehabilitasi serta pasangan Asep-Dompu. Sebelum dilepasliarkan mereka menjalani proses habituasi selama dua bulan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.

Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan peliharaan. Pemerintah telah meminta kepada masyarakat yang memiliki, memelihara dan memperdagangkan satwa primata untuk dikembalikan secara sukarela melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Siapapun yang melakukannya berarti melanggar hukum UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Owa jawa merupakan salah satu dari 25 satwa prioritas yang menjadi target sasaran strategis Ditjen KSDAE yang tertera pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019.

Pembukaan pintu kandang sebagai tanda dilakukannya pelepasan. (Conservation International Indonesia)

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Ir. Wiratno, MSc. mengatakan “Kami harap kegiatan pelepasliaran ini dapat meningkatkan populasi owa.” Wiratno menambahkan, “Saat ini tidak hanya populasi owa jawa beserta habitatnya di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian, namun juga populasi kecil di Jawa Tengah seperti di Pegunungan Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah. Oleh karena itu selain pelepasliaran, perlu juga didorong pembentukan habitat baru guna menjamin keberlangsungan hidup mereka.”

Pelepasliaran ini tidak akan terjadi tanpa kolaborasi yang kuat antara UPT Ditjen KSDAE, Yayasan Owa Jawa, Conservation International, Silvery Gibbon Project, dan Pertamina EP, yang peduli akan kelestarian spesies endemik Pulau Jawa ini. “Kami sangat mengapresiasi kinerja dan upaya semua mitra dalam melestarikan owa jawa dan habitatnya,” sambut Wiratno. Selain itu pusat rehabilitasi juga sudah membantu mengedukasi dan meningkatkan kesadaran atas ancaman yang dihadapi owa jawa.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna menjelaskan bahwa beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat owa jawa, tidak hanya di Jawa Barat namun juga di sebagian di Jawa Tengah. Oleh sebab itu, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan owa jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Hutan lindung yang terjaga baik, dapat menyediakan air bagi daerah-daerah disekitarnya, termasuk bagi penduduk di perkotaan.

Keterlibatan Perhutani tidak saja penting sebagai pemangku dan pengelola kawasan hutan Gunung Puntang, tetapi juga strategis untuk mengembangkan model bisnis yang berkelanjutan. Sebagai BUMN, Perhutani harus menjadi pelopor pembangunan, termasuk pelopor bidang lingkungan. Mempertahankan atau melindungi ekosistem dengan keanekaragaman hayati tetap baik atau menjadi lebih baik memerlukan kepeloporan juga.

Foto bersama dengan KLHK, BBKSDAE, BBTNGGP, Perhutani, Pertamina, YOJ (Conservation International Indonesia)

Selain perlindungan terhadap owa jawa, sebagai entitas bisnis, Perhutani telah membuktikan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa kepedulian kepada satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah lainnya juga telah dilakukan secara nyata. “Selain itu keberhasilan konservasi owa jawa maupun satwa lainnya sangat berkaitan denggan dukungan dan peran serta masyarakat setempat,” demikian Denaldy menegaskan.

Achmad Alfian Husein, Exploration & New Discovery Project Director, PT. Pertamina EP menyatakan, “Perusahaan kami berkomitmen mendukung kegiatan pelestarian alam seperti rehabilitasi owa jawa.” Pertamina telah mendung dan bekerja sama dengan YOJ sejak 2013. Dukungan yang dilakukan seperti pendanaan untuk program reintroduksi owa jawa dan penyadartahuan konservasi owa jawa.

“Owa jawa merupakan spesies karismatik yang memiliki peran penting dalam merestorasi hutan secara alami dengan menyebarkan benih yang membantu menjaga kesehatan hutan dan penting sebagai penyedia makanan, air bersih, obat-obatan, mata pencaharian dan ketahanan iklim bagi masyarakat. Agar konservasi berhasil dilakukan, kita harus mengedukasi masyarakat luas mengenai kekayaan alam yang dimiliki dan membangun pengelolaannya. Kami di CI sangat senang dapat berkontribusi untuk kesuksesan dalam kolaborasi dengan pemerintah Indonesia dan semua mitra di program konservasi owa jawa dan bentang alam,” ujar Ketut Sarjana Putra, Vice President Conservation International Indonesia.

Pelepasliaran ini adalah yang kelima dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa, yang sebelumnya telah melepasliarkan 14 individu sejak tahun 2013. Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani menyatakan, “Upaya pengembalian owa jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah. Oleh sebab itu, kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan. Hasil positif paska owa jawa dilepasliarkan, ditandai adanya peristiwa kelahiran owa jawa di alam pada tanggal 14 januari 2017 lalu di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.”