Ilmuwan Berhasil Kembangkan Nyamuk Mutan Bermata Tiga dan Bertubuh Kuning

By , Rabu, 15 November 2017 | 17:00 WIB

Periset dari University of California Riverside sukses mengembangkan nyamuk transgenik yang mengekspresikan enzim Cas9 secara stabil dalam garis germinal mereka. Penambahan enzim tersebut akan memungkinkan penggunaan alat penyunting gen CRISPR untuk membuat perubahan yang ditargetkan terhadap DNA nyamuk.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science (PNAS) itu dipimpin oleh Omar Akbari, asisten profesor entomologi di UCR's College of Natural and Agricultural Science.

(Baca juga: 6 Faktor Ini Membuat Anda Lebih Disukai Nyamuk)

Dalam studi ini, tim menggunakan alat penyunting gen CRISPR pada nyamuk dengan Cas9 untuk mengganggu gen yang mengendalikan penglihatan, penerbangan dan makan, sehingga menghasilkan nyamuk bertubuh kuning dengan mata tambahan, sayap yang cacat, dan beberapa perubahan lainnya.

Tujuan jangka panjang mereka, yakni mengembangkan strategi baru dalam pengendalian populasi nyamuk dan mencegah resistensi pada serangga penular penyakit ini. Saat ini, Aedes aegypti merupakan nyamuk pembawa utama demam berdarah, chikungunya, demam kuning, dan virus zika. Mereka begitu cepat menjadi resisten terhadap pestisida yang umum digunakan.

Upaya sebelumnya dalam menggunakan penyuntingan genom untuk mencegah nyamuk menyebarkan patogen telah terhambat oleh tingkat mutasi yang rendah, kelangsungan hidup nyamuk yang buruk, dan transmisi gen yang tidak efisien pada keturunan.

(Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Nyamuk Mutan untuk Perangi Malaria)

Selanjutnya, para periset berkeinginan untuk menggunakan teknik modifikasi gen (gene drive) – sistem "perubahan gen turunan" yang membuat nyamuk kian besar kemungkinannya mewariskan sifat genetik dari induk kepada keturunannya.

"Nyamuk dengan ekspresi Cas9 stabil ini merupakan langkah awal dalam penggunaan sistem gene drive untuk mengontrol populasi nyamuk dan mengurangi penyakit yang mereka sebarkan," ujar Akbari.

Sistem gene drive bisa digunakan untuk menyebarkan gen-gen yang menghambat kesuburan dan bisa menjadi cara yang ramah lingkungan serta hemat biaya untuk menekan populasi serangga penyebar penyakit.