Berkat Fosil Tulang Rahang, Spesies Baru Dinosaurus 'Bergigi Gergaji' Terungkap

By , Senin, 20 November 2017 | 17:00 WIB

Spesies baru dinosaurus Rhabdodontidae yang diberi nama Matheronodon provincialis, ditemukan di wilayah selatan Prancis. Dinosaurus herbivora tersebut dianggap unik karena memiliki susunan gigi yang bergerigi seperti mata gergaji.

M. provincialis merupakan kerabat primitif dari dinosaurus Eropa yang terkenal, yakni Iguanadon. Hewan kuno tersebut hidup sekitar 70 tahun silam dan berukuran panjang sekitar 5 meter.

Fosil tulang rahang dan tiga gigi spesies baru tersebut ditemukan di situs Velaux-La Bastide Neuve, Departemen Bouches-du-Rhone, Prancis selatan.

(Baca juga: Punya 300 Gigi dan Kepala Mirip Ular, Hiu Purba yang Hidup Sezaman dengan Dinosaurus Muncul di Perairan Portugal)

"Matheronodon provincialis memiliki gigi yang sangat besar, dengan panjang mencapai 6 cm dan lebar 5 cm. Gigi-gigi tersebut berfungsi selayaknya gunting bergerigi tajam," jelas Dr. Koen Stein, ahli paleontologi di Free University di Brussel, Belgia.

Tulang rahang fosil Matheronodon provincialis. (Godefroit et al)

Gigi-gigi tersebut memiliki permukaan bergerigi tapi hanya ditutupi lapisan enamel tebal di satu sisi.

(Baca juga: Tak Kalah Ganas, Buaya Purba Ini Jadi Predator Saingan Dinosaurus)

"Karena enamel lebih tahan digunakan ketimbang gigi yang terbuka, aktivitas mengunyah dapat membuat gigi tetap tajam," kata Dr. Stein.

Dr. Pascal Fodefroit, ahli paleontologi di Royal Belgian Institute of Natural Sciences menjelaskan bahwa gerigi pada dinosaurus rhabdodontidae berevolusi secara berbeda dibanding rekan sezaman mereka, yaitu hadrosaurus, atau dikenal sebagai dinosaurus berparuh bebek.

Hadrosaurus memiliki ratusan gigi rumit yang dioptimalkan untuk menghancurkan tumbuhan runjung.

(Baca juga: Dinosaurus Terbesar Ditemukan, Bobotnya Setara Tumpukan 12 Gajah)

Sementara itu, M. provincialis dan dinosaurus Rhabdodontidae lainnya kemungkinan memakan dedaunan dari pohon-pohon palem, yang saat itu melimpah di Eropa.

"Mereka cenderung memotong ketimbang menghancurkan daun kaya serat, sebelum akhirnya dedaunan itu ditelan," ucap Dr. Fodefroit.

Hasil penelitian yang mendeskripsikan spesies baru ini diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.