Para peneliti dari University of California menemukan fakta bahwa perempuan yang mengalami kejadian traumatis dalam lima tahun terakhir, risiko obesitasnya tinggi. Untuk diketahui, lebih dari 70 persen warga Amerika mengalami kelebihan berat badan, yang membuat mereka rentan terhadap penyakit jantung, diabetes, stroke dan masalah kesehatan lainnya.
Penelitian yang dipresentasikan pada seminar American Heart Association ini, merupakan kelanjutan dari studi sebelumnya yang membahas bagaimana stres bisa mempengaruhi kebiasaan makan dan menyebabkan kegemukan. Namun, yang lebih ingin dilihat adalah kaitan antara stres dan obesitas.
Berdasarkan statistik dari PTSD United, sekitar 70 persen orang dewasa di Amerika pernah mengalami trauma dalam hidupnya. Jumlah ini sama dengan warga Amerika yang mengalami obesitas.
Stres yang berasal dari penindasan dan masalah ekonomi berkaitan dengan gangguan makan pada perempuan -- termasuk tidak bisa mengontrol nafsu makan dan obesitas.
(Baca juga: Anak Korban Perisakan Berisiko Mengalami Obesitas Saat Dewasa)
Dr. Michelle A. Albert, Direktur UCSF Center for the Study of Adversity and Cardiovascular Disease, bersama dengan timnya melakukan survei pada 22 ribu wanita dewasa dan lanjut usia. Kelompok ini dipilih karena memiliki risiko obesitas yang lebih tinggi, serta sudah pernah mengalami trauma dalam hidupnya.
Para peneliti menganalisis data indeks massa tubuh (BMI) serta laporan stres partisipan. Mereka lalu membagi penyebab stres dalam dua kategori. Pertama, kejadian traumatis seperti kematian anggota keluarga dan kekerasan fisik yang masih menghantui hingga sekarang. Kedua, kejadian tak menyenangkan yang berlangsung dalam lima tahun terakhir.
(Baca juga: Otak Orang Obesitas 10 Tahun Lebih Tua Dibandingkan Orang Berbobot Ideal)
Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa satu kejadian traumatis bisa meningkatkan risiko obesitas pada perempuan sebanyak 11 persen. Sementara, mereka yang mengalami empat atau lebih kejadian yang tak menyenangkan, risiko obesitasnya mencapai 36 persen.
"Adanya penelitian ini menunjukkan bahwa kita harus menangani stres psikososial sebagai pendekatan untuk menurunkan berat badan. Ini merupakan hal penting karena perempuan cenderung hidup lebih lama dan mereka rentan terkena penyakit kronis seperti serangan jantung," kata dr. Albert.