Fosil Sapi Laut Raksasa Tanpa Kepala Ditemukan di Kepulauan Rusia

By , Kamis, 23 November 2017 | 10:00 WIB

Saat peneliti Marina Shitova melihat tonggak-tonggak putih menyembul di balik pasir sebuah pantai di Rusia, awalnya ia mengira tonggak-tonggak tersebut adalah pagar buatan manusia. Namun alih-alih menemukan perencanaan kota, timnya justru menemukan kerangka sapi laut yang nyaris lengkap setelah melakukan penggalian selama beberapa jam.

Tim tersebut menggali dengan kedalaman kurang dari 1 meter di Komandorsky Nature Reserve yang berada di Kepulauan Komander, Rusia, sebelum mereka menemukan kerangka megafauna yang telah punah tersebut.

Spesimen sepanjang 5,2 meter dan berbobot 10 ton itu kehilangan tengkorak kepala dan beberapa tulang, namun masih memiliki 45 tulang belakang, 27 rusuk, dan tulang belikat kiri. Pihak cagar alam menerangkan, kerangka yang terawetkan dengan baik ini akan ditampilkan di pusat pengunjung.

"Inilah satu-satunya sapi laut yang pernah kami temukan secara utuh dan in situ," kata Lorelei Crerar, profesor di George Mason Unviersity yang menerbitkan laporan ilmiah tentang sapi laut pada 2014 lalu. Pada 1987, spesimen berukuran panjang hampir 3 meter ditemukan di Laut Bering, tapi sejak itu susunan kerangkanya telah dibongkar. 

Crerar berharap, tengkorak kepala sapi laut ini ada di suatu area, dan bisa ditemukan dengan penggalian lebih lanjut.

Sapi laut pertama kali ditemukan pada tahun 1741 oleh Georg Steller, seorang penjelajah dan naturalis Jerman saat ia kembali dari Ekspedisi Utara Akbar. Sejak itu, nama belakangnya disematkan pada hewan tersebut: sapi laut Steller (Hydrodamalis gigas).

Gambar bersejarah ini menunjukkan seekor sapi laut Steller dalam kehidupannya. (Biodiversity Heritage Library (CC BY), CREATIVE COMMONS)

Berkerabat erat dengan dugong dan lembu laut, sapi laut Steller hidup di perairan antara Rusia dan Alaska sejak 11.700 tahun silam. Hewan ini merupakan salah satu megafauna dari Zaman Pleistosen.

Steller mengatakan bahwa hewan tersebut menghirup udara, tak pernah tenggelam, dan mungkin bisa berjalan di darat. Alih-alih dengan gigi, makhluk ini mengunyah rumput laut dan kelp dengan mulut bagian atas yang dipenuhi semacam bulu-bulu putih dan pelat keratin pada mulutnya. Mereka merupakan hewan monogami, sosial, dan berkabung atas kematian sesamanya.

"Saat seekor sapi laut betina tertangkap, si pejantan yang telah mencoba sekuat tenaga untuk membebaskannya namun sia-sia, akan mengikuti si betina hingga ke pantai, meski kami telah berusaha mengusirnya berkali-kali," demikian deskripsi dari seorang penjelajah yang berburu sapi laut pada 1751.

"Saat kami datang pagi-pagi sekali keesokan harinya untuk memotong daging dan membawanya pulang, kami menemukan si pejantan masih menunggu di dekat pasangannya."

Pada satu titik, para ilmuwan memperkirakan ada 2.000 sapi laut yang hidup di Samudra Arktik. Namun hewan tersebut punah pada 1768, 27 tahun setelah mereka ditemukan.

Selain mempelajari spesies tersebut, Steller dan krunya juga berburu hewan itu, membunuh sekitar 10 hingga 20 individu untuk diambil dagingnya, ujar Crerar. Ternyata, lapisan lembut lemak setebal 10 cm pada sapi laut terasa seperti minyak almond dan dapat memberi makan 33 orang selama sebulan.

"Mudah-mudahan, akan ada beberapa informasi lagi yang dirilis," kata Crerar. "Ini merupakan keluarga hewan yang berukuran sangat besar pada satu titik dan kini telah menyusut."