Gunung Agung Meletus, 43 Ribu Jiwa Mengungsi

By , Kamis, 30 November 2017 | 12:00 WIB

Peningkatan status Awas dan meletusnya Gunung Agung mengharuskan lebih dari 43 ribu penduduk di Karangasem, Bali, untuk mengungsi. PVBMG telah menetapkan radius 8-10 kilometer dari Gunung Agung merupakan wilayah berbahaya. Diketahui, ada 22 desa yang berada dalam radius tersebut. Para penduduk harus mengungsi untuk menghindari bahaya awan panas, aliran lava, lontaran batu pijar serta lebatnya hujan abu.

Berdasarkan data sementara yang dihimpun Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Provinsi Bali, jumlah pengungsi sampai Rabu (29/11), mencapai 43/358 jiwa yang tersebar di 229 titik pengungsian.

Di antaranya, di Kabupaten Buleleng (5.992 jiwa), Klungkung (7.790 jiwa), Karangasem (22.738 jiwa), Bangli (864 jiwa), Tabanan ( 657 jiwa), Kota Denpasar (1.488 jiwa), Gianyar (2.968 jiwa), Badung (549 jiwa), dan Jembrana (312 jiwa).

Warga sedang memindahkan hewan ternak mereka ke dalam truk di kawasan Desa Tulamben banjar Beluhu kauh, Karangasem, Senin (27/11/2017) untuk dibawa ke lokasi yang lebih aman. ((TRIBUN BALI/I Nyoman Mahayasa))

Gubernur Bali telah mengimbau kepada masyarakat untuk mengungsi di sekitar Karangasem. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penanganan pengungsi. Meskipun begitu, beberapa penduduk memilih pergi ke luar Karangasem. Bahkan, ada yang mengungsi hingga ke Lombok.

Masih ada yang belum mengungsi

Belum semua penduduk di sekitar Gunung Agung mau mengungsi. Terbatasnya pemahaman akan ancaman erupsi, membuat beberapa warga masih ingin bertahan di rumahnya. Mereka merasa aman dan tidak perlu melakukan pengungsian. Padahal, bahaya erupsi Gunung Agung bisa mengancam keselamatan.

Sementara itu, sebagian lainnya juga menganggap erupsi Gunung Agung sebagai peristiwa spiritual sehingga mereka memasrahkan diri sepenuhnya pada kekuasaan Tuhan. Ada juga yang beralasan ingin menjaga ternak, lahan pertanian, dan rumahnya.

(Baca juga: Status Gunung Agung Dinaikkan Dari Siaga Menjadi Awas)

"Kombinasi dari berbagai faktor tersebut kemudian menyebabkan perbedaan keputusan di antara warga. Sebagian warga mengambil keputusan sangat aman, yaitu dengan melakukan pengungsian secepat mungkin sesuai dengan rekomendasi dari PVMBG. Di sisi lain, ada pula warga yang mengambil keputusan sangat berbahaya, yaitu mereka bersikeras untuk tetap tinggal di zona bahaya," papar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.

Ia juga menyayangkan aksi beberapa orang yang menantang diri dengan melakukan selfie di tempat berbahaya. Dari foto yang beredar di media sosial, terlihat beberapa anak muda yang beraktivitas di dekat Gunung Agung. Bahkan, berendam di banjir lahar hujan.

Demi keselamatan

Oleh sebab itu tersebut, Sutopo menambahkan, pemerintah terus berusaha menyampaikan imbauan dan sosialisasi kepada penduduk agar mematuhi rekomendasi PVMBG.

(Baca juga: Empat Fakta Gunung Agung yang Perlu Anda Ketahui)

"Semua demi keselamatan masyarakat itu sendiri. Ancaman akan terus meningkat. Kemarin siang, sekitar pukul 13.00 WITA terjadi tremor menerus yang overscale. Lalu, terjadi letusan disertai lontaran batu hingga di radius 4 kilometer dari puncak kawah. Ini sangat berbahaya. Apalagi jika letusannya letusan eksplosif vertikal yang dapat melontarkan lava pijar, batu, bom, lapilli dan sebagainya," tambahnya.

Sutopo meminta agar para penduduk bersedia mengungsi ke tempat yang lebih aman dengan tertib dan tenang. Pemerintah berjanji akan memberikan bantuan di pengungsian sesuai dengan ketentuan yang ada.