Charlotte Lindqvist, ahli biologi yang mengkhususkan penelitiannya pada beruang, telah menganalisa spesimen yang diduga berasal dari Yeti.
Sembilan sampel DNA yang ditemukan di pegunungan Himalaya tersebut berupa tulang, bulu dan bagian hewan lainnya. Setelah pengujian ketat, diketahui bahwa DNA tersebut bukan milik Yeti, melainkan beruang. Gigi yang diduga berasal dari Yeti pun ternyata milik seekor anjing.
"Semua sampel 'Yeti' ini cocok dengan beruang cokelat dan hitam yang juga tinggal di wilayah tersebut," tulis Lindqvist pada studinya.
(Baca juga: Mengungkap Asal-Usul Yeti)
Penelitian ini bermula ketika sebuah perusahaan film di Inggris, Icon Films, yang bernah bekerja sama dengan Lindqvist dalam acara televisi Yeti or Not, menghampirinya dan bertanya apakah ia ingin meneliti beberapa sampel DNA yang diduga berasal dari Yeti. Lindqvist dan timnya pun menerima permintaan tersebut. Ia membandingkan sampel yang ditemukan tersebut dengan DNA beruang yang dikumpulkan dari kebun binatang, taman nasional dan museum.
Lindqvist mengurutkan DNA mitokondria dari semua sampel, untuk membuktikan apakah Yeti benar-benar ada. Namun ternyata, sampel tersebut sangat cocok dengan DNA beruang.
(Baca juga: Makhluk Misterius Yeti, Manusia, Beruang, atau Mitos Semata?)
Lindqvist mengaku, orang-orang yang meminta untuk menguji sampel tersebut tampak kecewa dengan hasilnya. Tapi setidaknya, ia berhasil mendapat informasi baru mengenai pohon keluarga beruang.
Studi yang dipublikasikan pada jurnal Proceedings Of The Royal Society B ini menemukan fakta bahwa beruang cokelat Himalaya terpisah dari populasinya di wilayah tersebut ribuan tahun yang lalu. Hal ini membuat genetis mereka berbeda dari beruang cokelat lainnya.
Meskipun studi ini tidak bisa membuktikan keberadaan Yeti, namun Lindqvist mengatakan, ia ragu bisa menghapus mitos yang sudah berkembang selama puluhan tahun ini. "Saya yakin legenda dan mitos tentang Yeti akan terus hidup dan berkembang," katanya.