Karena diduga ada keteledoran agensi pengiriman kargo, jenazah Nafal Quryanto (28), pesepeda jarak jauh Indonesia yang meninggal karena kecelakaan saat bersepeda di India, gagal diberangkatkan dan tiba di Jakarta sesuai rencana yaitu Selasa (12/12) siang. Prosesi pemakaman yang sudah disiapkan keluarga pun terpaksa ditunda.
Wahyu Indarto, kakak ipar Nafal yang menunggu di Bandara Soekarno Hatta, bersama keluarga mengaku sangat terkejut dan tak menyangka masalah seperti ini terjadi dalam pengiriman kargo internasional.
"Kami minta masalah ini diinvestigasi lebih lanjut, dimana letak kesalahannya dan siapa yang harus tanggung jawab. Kalaupun agensi yang bertanggungjawab, bagaimana kompensasinya karena keluarga sudah menanggung seluruh biaya pengurusan dari India yang nilainya tidak sedikit," tegasnya, Rabu (12/12/2017). Pengurusan dan pengiriman jenazah dari India menelan biaya sekitar Rp 60 juta.
Dengan adanya keterlambatan ini, jenazah Nafal dijadwalkan tiba di Jakarta, Rabu (12/12/2017) siang pukul 11.55 dengan pesawat Thai Airways TG 433. Selanjutnya, jenazah dibawa ke RSUD Ciawi untuk dimandikan, dikafani, disalatkan di masjid lalu langsung dimakamkan di TPU Loji, Bogor Barat. Sedianya jenazah direncanakan tiba di Jakarta pada Selasa siang kemarin.
Keluarga yang berduka sudah menanti di bandara. Sementara teman-teman pesepeda dari berbagai komunitas dan individu, termasuk legenda hidup pesepeda jarak jauh Indonesia Bambang 'Paimo' Hertadi Mas, dr Aristi Prajwalita, dan Warta Kota menunggu di RSUD Ciawi.
Artikel terkait: Nafal Quryanto, Traveler Sepeda Asal Indonesia yang Merenggang Nyawa di Nepal
Namun saat petugas KBRI New Delhi yang mendampingi tiba di Cengkareng, ternyata kargo jenazah tidak berada di pesawat Thai Airways TG 433 yang ditumpangi. Didapat informasi, jenazah tidak terangkut pesawat Thai Airways ke Jakarta dengan transit di Bangkok karena diduga faktor keteledoran. JJ International Undertakes, agensi yang menangani kargo, terlambat memasukkan dokumen ke maskapai.
Saat dikonfirmasi di New Delhi pada Senin (11/12) malam pukul 21.30 sebelum penerbangan, petugas agensi menyebutkan kargo jenazah dan boks berisi barang-barang almarhum sudah masuk pesawat pesawat TG 316 yang berangkat pukul 00.20 dan transit di Bangkok pukul 05.45. Petugas KBRI pun sudah mengantongi airway bill yang menunjukkan kargo sudah diangkut.
Kenyataannya, kargo itu tidak terangkut karena diduga dokumen terlambat masuk ke maskapai. Kargo baru diangkut pada penerbangan berikutnya, TG 332 pukul 03.30 yang tiba di Bangkok pukul 09.00.
Karena keterlambatan itu, kargo pun tidak masuk ke pesawat TG 433 yang berangkat pukul 08.20 dari Bangkok dan tiba di Jakarta pukul 11.55. Hal ini baru diketahui setelah pesawat mendarat dan petugas KBRI mengurusi kargo tersebut di Bandara Soekarno-Hatta.
Wahyu mengatakan, meski sudah ada penjelasan, ia meminta pihak terkait menyelidiki duduk soalnya sehingga ada perbaikan kedepannya.
Artikel ini sudah pernah tayang di wartakota.tribunnews.com. Baca artikel sumber.