Potret Kehidupan "Bermandikan" Cahaya Api Ungkap Krisis Energi di Afrika

By , Jumat, 22 Desember 2017 | 08:00 WIB

Saat matahari terbenam di desa Gbekandji, Benin, Afrika Barat, semua hal di sana turut “tenggelam”, kecuali aktivitas penduduk. Hal ini terjadi di seluruh Afrika Sub-Sahara, di mana diperkirakan dari 609 juta penduduk, enam dari sepuluh orang hidup tanpa akses ke jaringan listrik, mencegah mereka untuk mengenal dunia modern.

Menurut Bank Dunia dalam State of Electricity Access Report 2017, "energi sangat berkaitan erat dengan setiap tantangan pembangunan berkelanjutan lainnya yang penting—kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan, kesetaraan gender, pengurangan kemiskinan, lapangan kerja, dan perubahan iklim."

Fotografer Pascal Maitre memilih negara Benin sebagai salah satu latar belakang untuk cerita agungnya, karena ini adalah negara yang stabil dan kenyataannya dapat dilihat dengan jelas, serta tidak rumit oleh kerusuhan politik atau bencana lingkungan. Anak-anak mengerjakan pekerjaan rumah, perempuan melahirkan, dan pedagang menjual barang dagangan mereka; semua itu dilakukan dengan penerangan menggunakan minyak tanah atau lentera bertenaga surya.

Di balik semua aktivitas yang bermandikan cahaya hangat, potensi risiko terhadap keselamatan dan kesehatan masyarakat saat keadaan darurat muncul terus menghantui. "Bagi penduduk desa ini, kekurangan listrik adalah masalah terbesar mereka," kata Maitre.

Para pedagang menjual barang dagangan mereka di pasar malam. (Pascal Maitre)
11.000 orang tinggal di desa Gbekandji tanpa akses listrik. Seorang guru bernama René Justin Danssou mengajar murid-muridnya dengan diterangi cahaya lampion surya buatan Cina. (Pascal Maitre)
Seorang wanita beribadat dalam sebuah pelayanan malam gereja evangelis di Atankpé Aligodo. (Pascal Maitre)
Bidan Raïssa Godjo membantu melahirkan bayi dengan obor lampu minyak di desa Attankpe. (Pascal Maitre)

Simak halaman berikutnya untuk menilik potret krisis energi listrik yang dialami penduduk beberapa desa di Benin, Afrika Barat.

!break!
Setiap malam, Rogathien dan Eveline Honon mengerjakan pekerjaan rumah mereka dengan diterangi cahaya lentera minyak tanah di rumah mereka, di Allankpon. Dalam dosis besar, asap dari lentera minyak tanah tersebut bersifat racun. (Pascal Maitre)
Penduduk desa Allankpon berkumpul untuk menghadiri kebaktian malam. (Pascal Maitre)
Desa Seahovo tidak memiliki akses terhadap listrik. Setelah bekerja sepanjang hari di ladang, aktivitas penduduk desa hanya terbatas pada apa yang bisa mereka lakukan setelah gelap. (Pascal Maitre)
Desa Gbekandji sudah sepi pada pukul 8 malam. Maitre berkata, "Orang-orang tinggal di dalam rumah karena takut." (Pascal Maitre)