Nationalgeographic.co.id - Pengembangan kawasan ekowisata di Desa Nglanggeran telah diprakarsai oleh Kelompok Pemuda karang taruna dari Nglanggeran pada tahun 1999 lalu.
Program pertama yang digiatkan pada saat itu adalah, kesadaran peduli lingkungan dan masyarakat dengan penanaman pohon. Namun setelah gempa yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006 silam, Nglanggeran juga menjadi salah satu wilayah yang turut merasakan dampak dari bencana alam ini.
Baca juga: Cara Jepang Bertahan Dari Serangan Gempa Bumi yang Kerap Terjadi
Pada tahun 2007, pemuda Karang Taruna Nglanggeran ini kemudian memiliki inisiatif untuk membuat dan membangun kembali kota mereka sebagai tujuan wisata. Grup Pemuda Nglanggeran memiliki program inisiatif untuk mengembangkan Nglanggeran Village sebagai tujuan wisata dan menciptakan tujuan keberlanjutan ekowisata melalui pengembangan pariwisata Gunung Kidul sebagai otoritas pariwisata lokal.
Tujuan dari program inisiatif ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Nglanggeran Desa dengan semua potensi alam dan budaya dan pada saat yang sama Kelompok Pemuda Nglanggeran terus menjaga keberlanjutan eko-wisata di Nglanggeran Desa.
Membuat Nglanggeran Village sebagai tujuan ekowisata terkemuka di Yogyakarta dan Indonesia adalah visi utama dari Grup Pemuda Nglanggeran.
Setelah 10 tahun sejak 2007 hingga 2017, program pemberdayaan kota ini telah memiliki dampak yang sangat positif bagi masyarakat Nglanggeran, tidak ada lagi yang terlihat secara angsung melakukan eksploitasi alam, hal ini terjadi karena mereka telah memiliki pekerjaan baru yang juga diikuti dengan adanya kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan telah berkembang dengan baik.
Selain keindahan alam Nglanggeran, usaha eko wisata Nglanggeran Village ini juga mampu mengembalikan kearifan dan budaya lokal yang ada disana juga memilki daya tarik tersendiri pada kehidupan sosial masyarkatnya. Hal ini menjadi lebih harmonis dengan munculnya kelompok masyarakat yang tekun pada kegiatan ekonomi produktif dan dukungan ekowisata seperti kelompok homestay, pedagang, kuliner, seni, pemandu wisata, pekerja full time dan petani.
Dampak paling signifikan pada perekonomian Nglanggeran adalah adanya peningkatan pengunjung wisata dari 1.470 pada tahun 2007 menjadi 481.290 wisatawan pada tahun 2016.
Baca juga: Tradisi Para Biksu di Pegunungan Himalaya Saat Menyambut Musim Dingin
Berkat semua kerja keras yang telah dilakukan, akhirnya Kelompok Pemuda Nglanggeran berhasil menerima beberapa penghargaan seperti Juara Nasional pada kategori Social Entrepreneur (Sektor Pariwisata) tahun 2012, Runner Up dari Indonesia Desa Wisata Choice 2013, National Culturepreneur Award 2016 dan ASEAN Best Village Indonesian Tourism pada tahun 2017.
Pada tahun 2017, setelah pertemuan antara Pemuda Kelompok Nglanggeran dan pemerintah daerah dan meningkatnya jumlah wisatawan, Nglanggeran Village memutuskan untuk membatasi jumlah wisatawan yang ingin datang ke desa.
Keputusan ini dibuat untuk kelangsungan dan melestarikan nilai-nilai luhur masyarakat pedesaan, dan juga untuk membuat pariwisata eko berkelanjutan dan tujuan bagi gunung berapi kuno Nglanggeran.