Mengapa Merpati-Merpati Ini Memakai Sweater?

By , Jumat, 5 Januari 2018 | 15:00 WIB

Guadalupe caracara kini menjadi begitu berharga setelah hewan ini hampir punah. Spesies merpati ini sempat melimpah di pulau Meksiko pada tahun 1876. Sayangnya, mereka ditembak secara sistematis dan diracun karena dianggap sebagai hama.

Menjelang akhir 1800-an, burung pemangsa endemik menjadi sangat langka dan menarik bagi para kolektor. Orang-orang mulai menjebak burung-burung tersebut, berharap bisa menjualnya ke penawar tertinggi. Hal inilah yang menyebabkan mereka punah, menjadi subjek ironis yang tepat untuk Laurel Roth Hope.

Maneken merpati mengenakan Biodiversity Reclamation Suit yang dibuat oleh Laurel Roth Hope. Merpati satu ini dianggap mirip burung pelatuk paruh gading, yang diyakini secara luas telah punah, meskipun ada yang menganggapnya masih tersebar di Kuba dan Amerika Serikat bagian selatan. (Andy Diaz Hope)

Bertahun-tahun yang lalu, Hope, seorang seniman otodidak yang pernah bekerja sebagai penjaga taman, mendapati dirinya mengamati burung merpati perkotaan. "Saya mulai memikirkan cara kita memberikan nilai pada sesuatu yang langka dan meninggalkan hal-hal buruk yang biasa terjadi, dan bagaimana hal itu mempengaruhi cara kita melihat satwa liar," katanya. "Saya ingin menempatkan keduanya secara bersamaan," imbuh Hope.

Hope mulai merajut apa yang dia sebut "Biodiversity Reclamation Suits for Urban Pigeons”. "Saya ingin menggunakan sedikit humor, karena peduli dengan lingkungan dan kepunahan dapat dengan mudah memberikan pengaruh secara luas,” ujar seniman tersebut. Setelan pertama terdiri dari "merpati sebagai ikon adaptasi yang sukses dan dodo sebagai ikon kepunahan."

Tiga burung punah—Bachman burung pengicau, macaw Kuba, dan seekor merpati biru Mauritius—berdiri di atas puncak kenari mereka. Masing-masing terbuat dari benang rajutan dan dipasang pada maneken merpati yang dibuat oleh Hope dari damar, kaca, dan logam. (Andy Diaz Hope)

Hope memulainya dengan memahat dan mengecor merpati dari damar. Lalu, ia memilih pola dan warna jahitan untuk membuat sketsa rajutan 3-D dari bulu burung yang punah. Setelah jadi, Hope mencoba memakaikan setelan buatannya tersebut ke maneken.

"Setelan itu terlihat nyaman," jelas Hope. “Menutupi sesuatu yang tidak ingin kita lihat—degradasi lingkungan dan kepunahan spesies—dengan sesuatu yang bisa dibilang lebih menarik,” sambungnya.

"Yang abu-abu dan berbulu adalah dodo, yang merupakan salah satu burung favorit saya untuk bekerja," kata Hope. "Burung ini sangat terkenal sebagai spesies yang telah punah." Dodo adalah Biodiversity Reclamation Suit Hope yang pertama, yang dibuat untuk sebuah pameran di New York yang berjudul "Future Darwinist." (Andy Diaz Hope)

Merpati penumpang terakhir, Martha, mati pada tahun 1914. Di sini, seekor merpati penumpang telah dihidupkan kembali oleh sang seniman. (Andy Diaz Hope)

Heath Hen berinteraksi seperti dulu di alam liar. "Betapa hati-hati saat ini, bahwa setiap aktivitas dari Heath Hen satu-satunya yang masih hidup sedang banyak diamati," tulis ahli ornitologi Clinton G. Abbott pada bulan September 1932. "Meskipun sebelumnya perhatian utama pada spesies ini adalah sebagai bahan pembuatan pot pie, tahun itu adalah kali terakhir Heath Hen terlihat," ucap Abbott. (Andy Diaz Hope)