Perempuan yang Bekerja di Shift Malam Berisiko Terkena Kanker

By , Kamis, 11 Januari 2018 | 18:00 WIB

Menurut penelitian terbaru, perempuan yang bekerja shift malam, memiliki risiko kanker hingga 20 persen.

Dengan memecah risiko berdasarkan panjang jam kerja,para peneliti di Tiongkok memprediksikan, bahaya kanker meningkat 3,3 persen setiap lima tahun akibat bekerja di malam hari.

Mereka mendapatkan kesimpulan ini setelah menganalisis 61 studi yang menguji kaitan antara shift malam dengan 11 jenis kanker yang berbeda.

Secara keseluruhan, para peneliti menemukan fakta bahwa perempuan yang bekerja pada shift malam, 41 persen di antaranya berisiko terkena kanker kulit. Dan 32 persennya berisiko kanker payudara. Namun, peningkatan risiko kanker payudara ini hanya ditemukan pada penduduk Eropa dan Amerika Utara.

(Baca juga: Tes Sederhana Ini Bisa Jadi "Alarm" Saat Kanker Kulit Kambuh Lagi)

Studi yang dipublikasikan pada jurnal Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention juga menganalisis pekerja berdasarkan jenis profesinya. Diketahui bahwa perawat memiliki risiko kanker tertinggi dibanding profesi lainnya. Risikonya mencapai 58% dibanding mereka yang bekerja di siang hari.

Pola hidup tak sehat

Studi sebelumnya menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki jam kerja di malam hari, cenderung sulit menemukan waktu untuk berolahraga.

Mereka juga memiliki pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat. Di antaranya, kebiasaan merokok yang merupakan faktor utama kanker dan penyakit kronis lainnya.

(Baca juga: Daun Sirsak, Obat Alami Penyakit Kanker?)

Studi lain menunjukkan, pergeseran waktu mengganggu pola tidur dan membuat proses biologis tubuh menjadi ‘kacau’.

Dr. Xueliei Ma, ahli onkologi di West China Medical Center of Sichuan University, mengatakan, perusahaan harus menawarkan cek kesehatan secara berkala pada karyawannya untuk mengurangi risiko kanker ini.

“Penelitian ini bisa menjadi ukuran seberapa bahayanya jam kerja malam untuk perempuan. Para karyawan yang bekerja di shift malam harus menjalani pemeriksaan fisik dan screening kanker,” paparnya.