Penampakan Keseluruhan Alam Semesta Dalam Sebuah Foto

By , Rabu, 17 Januari 2018 | 17:00 WIB

Dalam sebuah gambar, terlihat penampakan keseluruhan alam semesta dengan Tata Surya di pusatnya. Mengelilingi Tata Surya, terdapat planet dalam dan luar, sabuk Kuiper, awan Oort, bintang Alpha Centauri, galaksi Bimasakti, galaksi Andromeda, galaksi terdekat lainnya, web kosmik, gelombang mikro kosmis, dan plasma tak terlihat yang dihasilkan ledakan Big Bang.

Dibuat oleh musisi dan seniman Pablo Carlos Budassi, gambar tersebut disesuaikan dengan peta logaritmik alam semesta yang disusun para peneliti dari Princeton University. Juga kumpulan gambar dari observasi menggunakan teleskop dan pesawat luar angkasa milik NASA.

Tim Princeton yang dipimpin oleh astronom J Richard Gott dan Mario Juric, membuat peta logaritmik alam semesta menggunakan data dari Sloan Digital Sky Survey.

(Baca juga: Dimana Posisi Awal dan Pusat Alam Semesta?)

Selama lebih dari 15 tahun, mereka telah menggunakan teleskop berukuran 2,5 meter dengan lensa wide-angle di Apache Point Observatory, New Mexico, untuk menciptakan peta alam semesta tiga dimensi yang paling mendetail -- termasuk spektrum warna dari tiga juta obyek astronomi.

Peta logaritmik merupakan cara terbaik untuk memvisualisasikan sesuatu yang tak terbayangkan seperti alam semesta. Tim peneliti Princeton mempublikasikan petanya di Astrophysical Journal pada 2005 lalu. Kita pun bisa mengunduhnya melalui situs resmi mereka.

Meskipun sangat membantu, namun peta logaritmik mereka sulit dipahami. Oleh sebab itu, Pablo Carlos Budassi memutuskan untuk membuat sesuatu yang lebih enak dilihat.

Penampakan alam semesta dalam satu gambar. (Pablo Carlos Budassi)

Dilansir dari Tech Insider, Pablo mendapat gagasan untuk mengubah peta logaritmik menjadi lingkaran raksasa saat membuat hexaflexagon untuk ulang tahun anaknya yang pertama.

“Saat sedang menggambar hexaflexagon untuk suvenir ulang tahun anak saya, tanpa sadar saya mulai menggambar titik pusat alam semesta dan Tata Surya,” kata Pablo.

“Pada saat itu, gagasan menggunakan peta logaritmik muncul. Keesokan harinya, saya berhasil menyatukannya dengan gambar-gambar NASA dan kreasi sendiri menggunakan Photoshop,” pungkasnya.