Peneliti Temukan Cara Ubah Karbon Dioksida Menjadi Plastik

By , Jumat, 19 Januari 2018 | 15:00 WIB

Para peneliti telah mengembangkan metode untuk mengubah karbon dioksida menjadi plastik dengan cara yang lebih efisien.

Mereka mengatakan, penemuan ini bisa membantu mengalihkan karbon dioksida – yang menjadi penyebab utama perubahan iklim – memasuki atmosfer.

Cara ini juga bisa mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil.

(Baca juga: Hutan Memiliki Tenaga Super Untuk Lindungi Bumi Dari Pemanasan Global)

Sekelompok peneliti dari University of Toronto, University of California, Berkeley dan Canadian Light Source (CLS) berhasil menemukan kondisi ideal untuk mengubah karbon dioksida menjadi etilen.

Etilen sendiri biasanya digunakan untuk menciptakan polietilena, bahan utama pembuatan plastik di dunia.

Inti dari penelitian ini adalah reaksi penyusutan karbon dioksida, yang dapat digunakan untuk mengonversi gas ke berbagai jenis zat.

Logam lain bisa digunakan sebagai katalis untuk tipe reaksi ini. Namun, para peneliti memilih tembaga karena penggunaannya bisa mengarah pada produksi etilen.

“Tembaga merupakan salah satu logam ajaib. Mengapa begitu? Sebab, ia dapat memproduksi beberapa senyawa berbeda seperti metana, etilen, dan etanol. Namun, mengendalikannya lah yang sulit,” kata Phil De Luna, pemimpin penelitian.

(Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Kita Susah Tidur)

Para peneliti berhasil merancang sebuah katalis yang memaksimalkan produksi etilen selama reaksi dan meminimalisir produksi metana serta karbon dioksida.

“Saya rasa masa depan akan dipenuhi dengan teknologi yang membuat limbah jadi bernilai. Ini sangat menarik. Kami sedang berupaya mengembangkan cara baru dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan,” papar De Luna.

Para peneliti yakin bahwa temuan mereka memiliki efek positif yang ‘dramatis’.

“Digabungkan dengan teknologi ‘menangkap karbon’, metode ini akan mengarahkan kita pada mekanisme yang lebih hijau dalam memproduksi plastik untuk kebutuhan sehari-hari, sambil menyerap gas rumah kaca yang berbahaya,” kata CLS.