Terdampak Suhu dan Kelembaban, Penyu Laut Jantan Kini Semakin Langka

By , Rabu, 24 Januari 2018 | 14:00 WIB

Studi terbaru tentang perbandingan jenis kelamin penyu memberikan hasil yang mengejutkan. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 99 persen penyu hijau muda dari Great Barrier Reef bagian utara di Australia ternyata betina, sementara penyu jantan mulai menghilang.

Selain di Australia, para peneliti di Florida Atlantic University (FAU) juga telah mencatat kecenderungan serupa pada penetasan telur penyu di tenggara Florida. Sejak 2002, mereka telah meneliti penyu di Palm Beach County dan menemukan bahwa 97 hingga 100 persen telur yang menetas merupakan penyu betina.

Tak seperti manusia, penyu atau reptil lain yang bertelur tidak memiliki kromosom seks. Pada penyu laut, jenis kelamin ditentukan oleh lingkungan sarang: suhu yang lebih hangat menghasilkan penyu betina dan suhu lebih dingin menghasilkan pejantan.

Baca juga: Ketidakseimbangan Populasi Penyu Akibat Perubahan Iklim

Meski demikian, suhu bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi embriogenesis dan fenotipe tukik yang dihasilkan. Kelembaban mengubah iklim mikro yang dialami telur di dalam sarang dan secara signifikan dapat mempengaruhi perkembangannya. Substrat basah cenderung menghasilkan lebih banyak jantan dan substrat kering cenderung menghasilkan lebih banyak betina.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Zoology, para peneliti dari FAU pertama kalinya menunjukkan mengapa dan bagaimana kondisi lembab di dalam sarang mempengaruhi perkembangan dan perbandingan jenis kelamin pada embrio penyu.

Periset menemukan bahwa substrat terdingin dan paling basah menghasilkan 100 persen penyu jantan, sementara subtrat terhangat dan paling kering hanya menghasilkan 42 persen pejantan. Mereka juga menemukan bahwa pertumbuhan embrio tampak lebih sensitif terhadap suhu pada tahap awal perkembangan, dan terhadap kelembaban pada tahap selanjutnya.

Baca juga: Sampah Plastik "Bunuh" 1.000 Penyu Laut Setiap Tahun

"Selama inkubasi, embrio penyu tumbuh di dalam sarang dari beberapa sel menjadi terbentuk penuh dan organisme mandiri saat menetas," kata Jeanette Wyneken, Ph.D., penulit utama studi dan profesor ilmu biologi di FAU.

"Untuk perkembangan yang tepat, embrio memerlukan kisaran temperatur, kelembaban, salinitas, dan gas pernafasan yang sesuai."

Studi tersebut menunjukkan bagaimana kelembaban dapat mengubah kondisi inkubasi di dalam sarang dengan mengubah suhu yang dialami telur, yang mempengaruhi rasio perkembangan, pertumbuhan dan jenis kelamin. Selain itu, hasil studi ini juga menyoroti pentingnya menyertakan kondisi kelembaban saat memprediksi pertumbuhan embrio dan rasio jenis kelamin penyu.

Baca juga: Tempurung Penyu Buktikan Bahwa Evolusi Itu Nyata

"Meningkatkan akurasi sangat penting saat mencoba menilai dampak perubahan iklim pada spesies dengan penentuan jenis kelamin yang bergantung pada temperatur dan bentuk penentuan lingkungan lainnya," pungkas Wyneken.