Berbagai Dampak Polusi Udara Pada Kesehatan Manusia

By , Kamis, 25 Januari 2018 | 10:00 WIB

Efek langsung polusi udara sulit untuk dihindari. Mata berair, batuk dan kesulitan bernapas merupakan reaksi yang umum terjadi.

Sekitar 92% populasi dunia tinggal di wilayah dengan tingkat polusi udara yang berbahaya. Bahkan, meskipun tidak terlihat, polusi udara bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan kematian dini.

Populasi udara sama mematikannya dengan rokok. Menurut University of Washington’s Institute for Health Metrics and Evaluation, polusi udara berkaitan dengan kematian 6,1 juta orang pada 2016.

(Baca juga: Asap Rokok Bisa Dihirup Janin Lewat Plasenta)

Paparan terhadap polusi udara saat hamil, berkaitan dengan kasus keguguran, prematur, autisme dan asma pada anak-anak.

Polusi udara juga membahayakan perkembangan otak anak. Ia menyebabkan pneumonia yang membunuh hampir satu juta anak di bawah lima tahun setiap tahunnya. Anak-anak yang menghirup kadar polutan tinggi, menghadapi risiko jangka pendek seperti infeksi pernapasan dan paru-paru.

Polutan bisa mempengaruhi kesehatan jantung dengan membekukan arteri dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Bahkan, ada bukti yang menunjukkan bahwa polusi udara berkaitan dengan kondisi kesehatan mental dan penyakit otak degeneratif seperti alzheimer, parkinson dan skizofrenia.

Bagaimana polusi membahayakan tubuh?

Hubungan polusi udara dengan gangguan pernapasan mungkin tampak jelas. Namun, kaitannya dengan jantung, otak, dan kesehatan kurang begitu terlihat. Menurut Anthony Gerber, ahli paru-paru dan pernapasan di National Jewish Health mengatakan, setidaknya ada dua mekanisme di mana polusi udara dapat membahayakan bagian tubuh selain rongga hidung dan paru-paru.  

Pertama, berkaitan dengan inflamasi yang merupakan cara tubuh memperbaiki dirinya setelah mengalami luka atau sakit.

(Baca juga: Beda Dampak Asap Rokok dan Asap Akibat Kebakaran Hutan)

Apabila racun partikel kimia dari mobil, pembangkit listrik, asap kebakaran dan pabrik terhirup, maka debu beracun mikroskopis bisa membuat saluran hidung iritasi. Menghasilkan respons alergi dengan gejala seperti batuk dan hidung berair.

Para ilmuwan yakin, saat partikel menemukan jalannya ke dalam saluran udara dan masuk ke paru-paru, tubuh mungkin akan menganggapnya sebagai infeksi sehingga membangkitkan respons inflamasi.

“Ketika mengalami sakit kepala, Anda akan merasakan sakit di seluruh tubuh. Otot terasa seperti ditarik. Hal yang sama akan terjadi ketika kita menghirup polusi,” kata Anthony.

Para peneliti mengatakan, beberapa partikel beracun itu bisa keluar dari paru-paru lalu masuk ke aliran darah.