Dokter Hewan Gunakan Kulit Ikan untuk Sembuhkan Luka Bakar

By , Selasa, 30 Januari 2018 | 18:00 WIB

Ketika dua beruang mengalami luka bakar saat berusaha menyelamatkan diri dari kebakaran hutan di California Selatan, para dokter hewan menggunakan perban tidak biasa untuk merawat tangan dan kaki mereka. Yakni, kulit ikan.

Beruang, bersama dengan singa gunung, dirawat oleh California Department of Fish and Wildlife (CDFW) setelah kebakaran Thomas menyerang Santa Barbara dan Ventura. Kebakaran yang terjadi di California pada akhir 2017 ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah. Kebakaran Thomas menghanguskan lahan seluas 273,400 hektar.

Berdasarkan keterangan dari CDFW, luka yang dialami beruang tersebut sangat parah dengan darah yang mengalir dan telapak kaki terbakar.

(Baca juga: Vietnam Janji Selamatkan Beruang yang Diternak untuk Diambil Empedunya)

Deana Clifford, dokter hewan senior di CDFW, dan Jamie Peyton, kepala pengobatan terpadu di Veterinary Medical Teaching Hospital University of California, merawat hewan-hewan yang mengalami luka bakar itu menggunakan kulit ikan nila – bukan perban biasa.

Mereka memilih menggunakan kulit ikan karena level kolagen dan kelembapannya mirip dengan kulit manusia. Kolagen tersebut menarik sel-sel seperti fibroblast untuk membantu menyembuhkan luka bakar.

Setelah mengaplikasikan salep buatan sendiri untuk mempercepat penyembuhan, Peyton dan Clifford memotong cangkokan kulit nila yang sudah disterilkan lalu menjahitnya langsung pada cakar beruang – tentunya ketika mereka berada di bawah pengaruh anestesi. Agar beruang tidak memakan kulit ikan tersebut, Peyton dan Clifford melapisinya dengan kulit jagung dan lumpia.

Dokter hewan melapisi kulit ikan dengan semak jagung agar para beruang tidak memakannya. (CDFW)

Meskipun hewan-hewan tersebut mendapatkan tiga perawatan dalam sebulan, Peyton mengatakan bahwa jalan menuju kesembuhan ‘penuh dengan tantangan’. Tidak seperti merawat hewan peliharaan, sulit sekali untuk membersihkan dan membalut luka mereka sehari-hari. Peyton juga mengatakan, sulit mengelola rasa sakit mereka dengan obat-obatan. Peyton dan timnya berpacu dengan waktu untuk mengembalikan hewan-hewan tersebut ke alam liar sesegera mungkin.

“Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, terapi yang kami berikan menyembuhkan mereka dengan cepat. Penggunaan kulit nila sebagai perban memberi perbedaan signifikan pada kontrol rasa sakit dan kemampuan penyembuhan mereka,” papar Peyton.

Beruang-beruang liar tersebut juga mendapatkan akupuntur, yang selama ini diterapkan pada hewan peliharaan. Peyton mengatakan, pengobatan ini mirip dengan yang diberikan pada anjing dan kucing.

(Baca juga: Beruang Kutub Terancam Kehilangan Habitat)

Tantangan lain yang ditemukan adalah ketika para dokter hewan menemukan fakta bahwa salah satu beruang sedang hamil.

“Itu mengubah cara kerja kami. Sangat tidak ideal membuat beruang tersebut melahirkan di kurungan. Oleh sebab itu, kami perlu menyembuhkan dan mengembalikannya kea lam liar secepat mungkin,” tambah Clifford.

Karena habitat alami beruang hancur akibat kebakaran, para petugas dari CDFW membangun sarang musim dingin untuk masing-masing hewan agar mereka bisa tidur dan terlindungi dari bahaya. Tim CDFW berencana mengembalikan mereka ke alam liar pada Rabu (31/1) dan memonitor kesembuhannya melalui satelit.

Sebelumnya, para peneliti di Brazil telah menggunakan kulit ikan untuk membalut korban luka bakar. Namun, penggunaannya pada manusia tidak mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration di Amerika Serikat.