Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bernapas di udara yang penuh polusi memungkinkan kita untuk melakukan tindak kriminal dan berbohong.
Sekitar 40 juta penduduk Inggris tinggal di area berpolusi. Sementara itu, di Amerika, angkanya lebih tinggi. Yakni, 142 juta. Para peneliti mengatakan, pencemaran udara bisa meningkatkan jumlah kriminalitas di wilayah tersebut.
Para peneliti di Columbia Business School di New York mempelajari polusi udara dan data kriminalitas dari 9,360 kota di Amerika yang dikumpulkan selama sembilan tahun. Datanya mencakup informasi mengenai enam polutan utama, yakni kabon monoksida, nitrogen dioksida, belerang dioksida, ozon dan timbal. Juga tujuh jenis kejahatan utama, termasuk pembunuhan dan perampokan.
(Baca juga: Polusi Udara Terkait dengan Risiko Kanker Payudara)
Studi ini menunjukkan bahwa pada kota-kota berpolusi, tingkat kriminalitasnya tinggi. Hasilnya pun tetap sama setelah memperhitungkan faktor lainnya seperti jumlah populasi, penegak hukum, distribusi ras, tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Setelah serangkaian percobaan, para ilmuwan menemukan hubungan langsung antara pencemaran udara dan tingkah laku. Mereka meminta partisipan untuk ‘membayangkan’ polusi.
Pada salah satu eksperimen, 256 partisipan melihat foto pemandangan yang penuh dengan polusi udara dan yang bersih. Para peneliti meminta mereka membayangkan bagaimana rasanya tinggal, berjalan-jalan, dan menghirup udara di sana.
Hasilnya menunjukkan bahwa partisipan yang membayangkan tinggal di wilayah dengan pencemaran udara yang tinggi, berbohong lebih sering dibanding mereka yang hidup di area bersih.
(Baca juga: Polusi Udara di Afrika Lebih Mematikan Ketimbang Malnutrisi)
Pada dua eksperimen tambahan, para partisipan melihat foto Beijing dengan pemandangan penuh polusi dan yang bersih. Mereka lalu menuliskan pendapat jika tinggal di sana.
Partisipan yang menulis tentang lokasi pencemaran udara, terlibat lebih sering dalam perilaku yang tidak etis dibanding mereka yang menceritakan tentang wilayah bersih. Mereka juga mengekspresikan rasa cemas pada tulisannya.
“Penelitian kami menyatakan bahwa polusi udara tidak hanya merusak kesehatan fisik saja, tapi juga bisa mencemari moralitas mereka,” kata dr. Jackson Lu, pemimpin studi tersebut.